China dan WHO Berselisih tentang Penelitian Asal Usul Virus COVID-19
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China menyerang teori bahwa pandemi virus corona mungkin berasal dari kebocoran laboratorium China, dan mengatakn itu sebagai kebohongan bermotif politik, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan dalam istilah terkuatnya bahwa penyelidikan lebih dalam diperlukan, termasuk apakah kecelakaan laboratorium mungkin harus disalahkan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian, juga menolak tuduhan bahwa China tidak sepenuhnya bekerja sama dengan para penyelidik, dengan mengatakan pihaknya menyambut baik penyelidikan berbasis sains tetapi menolak manipulasi politik apa pun.
Dia juga mengulangi seruan untuk penyelidikan ke "laboratorium yang sangat mencurigakan seperti Fort Detrick dan University of North Carolina" di Amerika Serikat di mana China menyebutkan tanpa bukti bahwa AS sedang mengembangkan virus corona sebagai senjata biologis.
“Teori kebocoran laboratorium benar-benar kebohongan yang dibuat oleh pasukan anti China untuk tujuan politik, yang tidak ada hubungannya dengan sains,” kata Zhao pada pengarahan harian.
“Kami selalu mendukung dan berpartisipasi dalam pelacakan virus global berbasis sains, tetapi kami dengan tegas menentang segala bentuk manipulasi politik,” katanya, mengulangi penjelasan lama China untuk menunda atau menolak penyelidikan lebih lanjut tentang asal-usul virus.
Zhao mengatakan China telah memberikan kontribusi besar terhadap pelacakan virus, berbagi sebagian besar data dan hasil penelitian.
Itu “sepenuhnya mencerminkan sikap China yang terbuka, transparan dan bertanggung jawab, serta dukungannya untuk pekerjaan WHO dan kelompok penasihat,” katanya.
Kemungkinan Kebocoran Laboratorium China
Sikap WHO dalam laporan yang dirilis Kamis (10/6) adalah pembalikan tajam dari penilaian awal badan kesehatan PBB itu tentang asal mula pandemi. Itu terjadi setelah banyak kritikus menuduh WHO terlalu cepat untuk mengabaikan atau meremehkan teori kebocoran laboratorium yang membuat pejabat China bersikap defensif.
Menyusul kunjungan yang dikontrol ketat ke China tahun lalu, WHO menyimpulkan bahwa “sangat tidak mungkin” virus corona menyebar ke manusia dari laboratorium di kota Wuhan. Banyak ilmuwan menduga virus corona melompat dari kelelawar ke manusia, mungkin melalui hewan lain.
Namun, dalam laporan hari Kamis, kelompok pakar WHO mengatakan "data penting" untuk menjelaskan bagaimana pandemi dimulai masih belum ada. Para ilmuwan mengatakan kelompok itu akan "tetap terbuka untuk setiap dan semua bukti ilmiah yang tersedia di masa depan untuk memungkinkan pengujian komprehensif dari semua hipotesis yang masuk akal."
Mengidentifikasi sumber penyakit pada hewan biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Butuh lebih dari satu dekade bagi para ilmuwan untuk menentukan spesies kelelawar yang merupakan reservoir alami untuk SARS, kerabat COVID-19.
Kelompok ahli juga mencatat bahwa karena kecelakaan laboratorium di masa lalu telah memicu beberapa wabah, teori tersebut tidak dapat diabaikan. Mereka mengatakan China belum mempresentasikan penelitian apa pun kepada WHO yang menilai kemungkinan virus corona akibat kebocoran laboratorium.
Laporan baru ini menunjukkan hubungan yang lebih konfrontatif antara kepemimpinan Komunis otoriter China dan WHO, yang awalnya dituduh terlalu menghormati Beijing, terutama oleh mantan pemerintahan AS, Donald Trump.
Virus corona telah menewaskan lebih dari 6,3 juta orang di seluruh dunia, memaksa lusinan negara terkunci dan menjungkirbalikkan ekonomi dunia. Ini pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China tengah pada akhir 2019 dan pada awalnya dikaitkan dengan pasar tradisional tempat hewan liar dijual untuk makanan.
China dituduh merespons dengan lambat dan menutupi tingkat wabah, sebelum mengunci seluruh kota Wuhan dan daerah sekitarnya dalam serangkaian tindakan kejam pertama yang diberi label "nol-COVID" yang berlanjut hari ini sementara yang lainnya si dunia terbuka lagi.
Bulan lalu, WHO menyebut "zero-COVID" tidak berkelanjutan, menunjuk pada peningkatan pengetahuan tentang virus dan biaya ekonomi dan hak-hak sipil. China menolak kritik itu sebagai "tidak bertanggung jawab."
China juga dituduh memimpin kampanye disinformasi, menunjukkan virus itu terdeteksi di tempat lain sebelum wabah Wuhan dan mengajukan teori lain yang bertujuan mengalihkan perhatian dari China.
Investigasi oleh The Associated Press menemukan bahwa beberapa orang dalam top WHO frustrasi oleh China selama wabah awal bahkan ketika WHO memuji Presiden China Xi Jinping. Mereka juga kesal atas bagaimana China berusaha untuk menekan penelitian tentang asal-usul COVID-19.
Zhao tampaknya menyiratkan bahwa China akan menolak kritik atau kecurigaan apa pun terhadapnya. “Penelitian tentang asal-usul virus harus mematuhi prinsip-prinsip ilmiah dan tidak boleh tunduk pada campur tangan politik,” kata Zhao.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...