BPK Penabur dan Tantangan Memperluas Pelayanan
SATUHARAPAN.COM – Pelayanan 64 tahun BPK Penabur (di laman resminya, “Penabur” dituliskan dengan “PENABUR”, memakai huruf kapital, berkaitan dengan hak cipta, Red) pada Juli tahun ini dalam dunia pendidikan Indonesia, telah diakui memberi kontribusi nyata bagi peningkatan mutu pendidikan nasional. Tidak hanya melalui program-program unggulannya, namun juga melalui berbagai prestasi tingkat nasional dan internasional yang dipersembahkan siswa-siswa terbaik yang tersebar di beberapa provinsi.
Sejak 1999 BPK Penabur mengirimkan siswa-siswanya ke berbagai olimpiade, di tingkat nasional, regional, ataupun internasional.
Membuka-buka referensi, tradisi prestasi diawali Teguh Budimulia, saat itu siswa SMAK 1 Penabur Jakarta, yang meraih medali perak di ajang International Physics Olympiad (IPhO) 1995. Lima tahun kemudian, Halim Kusumaatmaja, dari SMAK yang sama, berlaga di IPhO dan APhO (Asian Physics Olympiad), dan berhasil meraih medali perak di kedua ajang itu.
Pada 2005, Ivan Kristanto dari SMPK 4 Penabur Jakarta, meraih gelar The Best Overall dan The Best Theory di ajang International Mathematics and Science Olympiad for Primary School di Jakarta. Tahun berikutnya, Jonathan Pradana Mailoa dari SMAK 1 Penabur menyabet medali emas pada IPhO, sekaligus gelar The Absolute Winner, atas kemenangan mutlak untuk teori dan eksperimen. Ia juga meraih medali perak pada APhO, mendapat gelar The Best Experiment IPhO 2006 dan The Best Asia Student.
Prestasi itu diikuti Pangus Ho, dari SMAK 3 Penabur, yang pada tahun yang sama meraih medali emas dalam IPhO dan APhO. Total tahun itu BPK Penabur membawa pulang tiga medali emas dan satu perak. Pangus Ho masih mengukir prestasi tahun berikutnya, meraih gelar The Best Experiment pada ajang APhO yang ia ikuti lagi.
Pada IPhO dan APhO 2008, Kevin Winata dari SMAK 1 Penabur Jakarta menyabet dua medali emas sekaligus. Tahun sebelumnya, Kevin meraih medali emas pada Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Selain IPhO, APhO, dan OSN, BPK Penabur mengirim siswa-siswanya mewakili Indonesia dalam berbagai olimpiade sains internasional, seperti International Olympiad in Informatics (IOI), International Mathematics Olympiad (IMO), International Biology Olympiad (IBO), dan International Chemistry Olympiad (IchO).
Tradisi itu berlanjut hingga 2014. Pada penggal awal Juli ini, contohnya, Jonathan Mulyawan dan Fransisca Susan dari SMAK 1 Penabur Jakarta, terpilih mewakili Indonesia mengikuti IMO yang dilangsungkan di Cape Town, Afrika Selatan. Jonathan mneraih medali perak, Fransisca meraih medali perunggu.
Tahun lalu, SMAK 1 Penabur Jakarta diwakili Stephen Sanjaya, mengharumkan nama Indonesia lewat keberhasilannya mempersembahkan medali emas dari IMO yang digelar di Santa Marta, Kolombia. Prestasi Stephen dicatat dalam sejarah pendidikan sebagai torehan prestasi emas pertama kali setelah 25 tahun Indonesia mengikuti kompetisi itu.
Pada Juli ini pula, prestasi gemilang diraih Samuel Henry Kurniawan dari SMAK Penabur Gading Serpong dan Kelvin Suriyaputra dari SMAK 3 Penabur Jakarta dengan meraih medali emas di ajang IBO 2014 yang berlangsung di Bali.
Satu prestasi lagi diraih Josephine Monica, dari SMA Penabur Gading Serpong, yang meraih medali emas pada Olimpiade Fisika Internasional yang berlangsung di Astana, Kazakhstan.
Sejarah
Tidak mudah bagi sebuah lembaga pendidikan untuk bertahan, tetap bertumbuh dalam kurun delapan windu seperti BPK Penabur, dengan sarat prestasi. Salah satu rahasianya, seperti dikemukakan Kepala Sekolah SMAK 1 BPK Penabur Endang Setyowati adalah konsisten mewujudkan visi dan misi, serta menindaklanjuti setiap capaian strategis, untuk mempertahankan dan mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Visi BPK Penabur lahir dari kerinduan pendiri dan pribadi yang berkarya melayani di lembaga itu. Visi yang tidak lekang waktu tersebut dirumuskan sebagai: “Menjadi lembaga pendidikan Kristen yang unggul dalam iman, ilmu, dan pelayanan”. Sedangkan misi yang dicanangkan: “Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai kristiani”.
BPK Penabur didirikan di Bandung, 19 Juli 1950, dengan nama Badan Pendidikan Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu Hwee (THKTKHKH) Djawa Barat (Djabar).
Boksu (pendeta) Gouw Gwan Jang dan Tan How Siang, masing-masing sebagai Ketua dan Penulis Gereja THKTKHKH Djabar (kemudian menjadi Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Barat/GKI SW Jabar, Red), menandatangani Akta Pendirian Badan Pendidikan THKTKHKH Djabar di hadapan notaris di Bandung. Dengan lahirnya akta pendirian tersebut, badan pendidikan tersebut sah secara hukum. Peristiwa tersebut merupakan tonggak sejarah dimulainya pelayanan pendidikan BPK Penabur.
Pada awal berdiri, badan pendidikan itu mengelola beberapa sekolah bekas peninggalan Belanda di enam kota, yakni di Jakarta lima sekolah, Bandung tiga sekolah yang dikelola bersama Gereja Kristen Pasundan (GKP), Cirebon empat sekolah, Sukabumi tiga sekolah, Jatibarang satu sekolah, dan Indramayu satu sekolah.
Pelayanan, pada awalnya, seperti bisa dibaca di buku 55 Tahun BPK Penabur: Tuhan Berkarya, diutamakan untuk bangsa Tionghoa. Tetapi, dalam perkembangannya, dilakukan perubahan.
Pada 27 Januari 1967, nama BP THKTKHKH Djabar diganti menjadi Badan Pendidikan Kristen Djawa Barat, disingkat BPK Djabar. Pada 21 Maret 1989, nama itu diganti lagi menjadi Badan Pendidikan Kristen Penabur, disingkat BPK Penabur. Perubahan nama tersebut disetujui secara resmi dalam Persidangan Majelis Sinode ke-46 GKI SW Jabar.
Karena BPK Penabur secara organisasi pelayanan merupakan kepanjangan tangan pelayanan GKI SW Jabar dalam bidang pendidikan, pengurus BPK Penabur juga diambil dari Jemaat GKI di lingkungan GKI SW Jabar. Itu pula sebabnya suasana pelayanan sangat kental di BPK Penabur.
Pada 2002, nama-nama komisi pembantu setempat (KPS), komisi penyokong tugas di daerah-daerah, pun berubah menjadi BPK Penabur setempat, misalkan BPK Penabur Jakarta, BPK Penabur Bandung, atau BPK Penabur Bandar Lampung. Hingga kini, sekolah di bawah payung BPK Penabur tersebar di 15 kota, menjadi tempat belajar mengajar lebih kurang 44.000 siswa dan 5.000 guru serta tenaga kependidikan.
Dari 17 sekolah pada awal berdiri, kini jumah itu berkembang menjadi 134 sekolah, terdiri atas 40 TK, 38 SD, 31 SMP, 21 SMA, dan empat SMK. Ke depan, tentu jumlah itu akan bertambah lagi.
Memperluas Pelayanan
Hari jadi ke-64 menjadi momentum bagi BPK Penabur untuk merenungkan berkat Tuhan yang terus menyertai dalam pengelolaan badan pendidikan hingga bertahan bahkan berkembang sampai saat ini.
Strategi ke dalam, berkaitan dengan perubahan dunia yang demikian cepat, seperti pernah dikemukakan Ketua Yayasan BPK Penabur Ir Robert Robianto, harus tetap diantisipasi dengan melakukan perbaikan yang cepat dan tepat jika tidak ingin tertinggal, atau ditinggalkan market. Dalam dunia yang bergerak cepat ini, masa kanak-kanak dan masa remaja anak-anak seolah semakin singkat, dan lingkungan masa depan anak-anak pun semakin kompetitif. Dalam kondisi tekanan yang tidak ringan itu, sangat krusial bagi BPK Penabur untuk mampu memilih dan memilah teknologi, metodologi, dan kurikulum yang tepat, yang luwes, dan yang lincah dalam menghadapi perkembangan zaman, teknologi, dan lingkungan sekitar saat ini dan saat yang akan datang.
Hanya mutu pembelajaran yang baik, yang dibuktikan dengan prestasi dan kerja sama dengan pihak luar bergengsi, serta kegiatan-kegiatan sosial yang dapat mendidik siswa untuk belajar kehidupan bermasyarakat, yang dapat menangkal tudingan sekolah-sekolah di lingkungan BPK Penabur sebagai sekolah eksklusif.
BPK Penabur pada kenyataannya memang sudah menjadi sekolah yang besar, yang diminati, dipercaya oleh masyarakat, dan juga berprestasi bagus di berbagai kesempatan. Atas dasar itu pula, Ketua Umum BPMSW GKI SW Jabar Pdt Shep Davidy Jonazh dalam pengarahan pada Sidang Pleno BPK Penabur 9 Juni 2014, berharap BPK Penabur saat ini lebih memperluas pelayanan untuk membantu sesama di sekitar, dan bukan lagi memprioritaskan pengembangan diri ke dalam. “Malah bukan cuma sesama di sekitar, tetapi juga sesama yang berada di kantong-kantong kemiskinan,” demikian Pdt Shep Davidy kepada satuharapan.com.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...