BPS: Distribusi Bawang Merah Penyebab Harga Tinggi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mempersoalkan distribusi bawang merah yang menjadi penyebab harga bawang merah masih tinggi di sejumlah daerah di Indonesia.
Kepala BPS, Suryamin, menilai pasokan dari sentra produksi bawang merah belum tentu dapat sampai ke pasar induk dan pasar-pasar di daerah. Hal itu menurut dia yang menjadi salah satu masalah harga bawang merah masih tinggi.
“Tinggal sekarang pasokan ke pasar, kalau ada di sentranya belum tentu bisa sampai ke pasar induknya. Kalau ada nanti tinggal di(distribusikan). Karena ini kan terjadi di situ, terjadi di level konsumen akhir di pasar, di pasar akhir,” kata Kepala BPS, Suryamin, di kantor BPS, Jakarta, hari Senin (2/5).
“Kalau ada bisa jadi karena nah distribusi ini. Distribusi. Sekarang ada dari panen tapi tertahan distribusinya. Nanti diperbaiki, nanti bisa mempengaruhi,” dia menambahkan.
Suryamin menilai meskipun Kabupaten Brebes merupakan salah satu sentra produksi bawang merah nasional namun secara distribusi belum dapat memenuhi konsumsi bawang merah di seluruh tanah air.
“Brebes, tapi kan konsumsi kita seluruh tanah air gitu. Brebes produsennya sekarang sedang ditata oleh pemerintah bagaimana distribusinya. Kan hitung inflasi di 82 kota seluruh tanah air, bagaimana Brebes bisa (memenuhi). Itu yang ditata untuk mengendalikan harga, kalau inflasi pada periode berikutnya,” katanya.
Suryamin juga tidak sependapat jika dikatakan harga bawang merah sudah turun seperti disampaikan Kementerian Perdagangan belum lama ini yang mengklaim harga bawang merah sudah turun.
“Kalau inflasi bukan hanya Jakarta saja yang dihitung tapi yang dihitung di 82 kota IHK (Indeks Harga Konsumen). Kita sebut 82 kota IHK itu, kita amati perkembangan harganya,” kata dia kepada satuharapan.com.
baca juga: Kemendag Bantah Harga Bawang Merah Tinggi
“Di Jakarta mungkin sudah turun (harganya) tapi di Tarakan sana, di Rawabulungan, di Medan. Jadi bisa saja terjadi (harga tinggi) seperti itu. Tapi sekarang bagaimana dari sentra produksinya sudah banyak ini bisa didistribusikan ke daerah-daerah yang kemarin terjadi peningkatan harga,” dia menegaskan.
Sementara itu, BPS mencatat pada April 2016 masih terjadi inflasi terhadap komiditi bawang merah meskipun pada bulan yang sama terjadi deflasi sebesar 0,45 persen dengan IHK sebesar 123,19.
“Tapi juga ada yang menghambat deflasi, masih inflasi. Ada empat, yang pertama bawang merah, perubahan harganya 7,05 persen. Andil dalam inflasinya 0,05 persen tapi bobotnya sih masih di bawah satu persen, 0,71 persen,” katanya.
“Karena kurangnya pasokan dan sentra produksi dan terjadi kenaikan di 74 kota IHK, yang tertinggi di Bulukumba sampai 47 persen dan di Ternate sebesar 41 persen,” dia menambahkan.
baca juga: BPS: 4 Komiditi Masih Inflasi pada April 2016
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...