BPS: Nilai Ekspor RI September 2016 Turun 1,84 Persen
Suhariyanto berharap, ke depan Indonesia terus meningkatkan diversifikasi (penganekaragaman) pasar ekspor dan juga diversifikasi produk ekspor Indonesia ke luar negeri.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan September 2016 mencapai US$ 12,51 miliar atau menurun sebesar -1,84 persen dibanding ekspor bulan Agustus 2016 yang mencapai US$ 12,63 miliar. Sementara dibanding dengan bulan September 2015 juga mengalami penurunan sebesar 0,59 persen.
"Jadi nilai ekspor (Indonesia) pada September 2016 itu sebesar US$ 12,51 miliar. Kalau kita bandingkan dengan nilai ekspor selama bulan Agustus 2016 berarti terjadi penurunan sebesar minus 1,84 persen," kata Kepala BPS, Suhariyanto di kantor BPS, Gedung 3 lantai 1 Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta, hari Senin (17/10).
"Kalau kita bandingkan dengan kondisi September 2015 nilai ekspor pada bulan September 2016 itu turun minus 0,59 persen," dia menambahkan.
Menurut data BPS, ekspor nonmigas September 2016 mencapai US$ 11,45 miliar atau turun sebesar -1,35 persen dibanding Agustus 2016, sementara dbandinh ekspor September 2015 naik sebesar 2,85 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-September 2016 mencapai US$ 104,36 miliar atau menurun -9,41 persen dibanding periode yang sama tahun 2015. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 94,66 miliar menurun -6,09 persen.
BPS mencatat penurunan tersebesar ekspor nonmigas September 2016 terhadap Agustus 2016 terjadi pada perhiasan permata sebesar US$ 137,0 juta atau sebesar -25,49 persen. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada benda-benda dari besi dan baja sebesar US$ 94,3 juta atau sebesar 94,37 persen.
"Dengan memperhatikan apa yang terjadi pada bulan September 2016 penurunan terbesar itu terjadi pada nilai ekspor perhiasan permata, perhiasan atau permata yang turun sebesar 137,03 juta atau turun minus 25,49 persen tetapi di sisi lain juga ada peningkatan yang besar peningkatan ekspor yang besar yaitu terjadi pada ekspor benda-benda dari besi dan baja yang naik 94,37 persen," kata Suhariyanto.
BPS melaporkan ekspor nonmigas Indonesia terbesar ke Amerika Serikat pada September 2016 mencapai angka US$ 1,36 miliar disusul Tiongkok US$ 1,35 miliar dan Jepang US$ 1,11 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,8 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa ke 28 negara sebesar US$ 1,22 miliar.
Sementara itu, menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-September 2016 turun sebesar -3,52 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun -17,97 persen, demikian juga ekspor hasil pertanian turun -17,44 persen.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-September 2016 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 18,86 miliar atau sebesar 18,7 persen, diikuti Jawa Timur US$ 13,96 miliar atau sebesar 13,38 persen dan Kalimantan Timur US$ 9,92 miliar atau sebesar 9,50 persen.
Suhariyanto berharap, ke depan Indonesia terus meningkatkan diversifikasi (penganekaragaman) pasar ekspor dan juga diversifikasi produk ekspor Indonesia ke luar negeri.
"Ke depan tentu saja kita perlu untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor kita dan juga diversifikasi produk ekspor kita," kata Suhariyanto.
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...