Branchless Banking, Salah Satu Basis Ekonomi Kerakyatan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Konsep branchless banking atau bank berjalan merupakan sebuah konsep yang harus ada dalam ekonomi kerakyatan saat ini.
“Branchless banking itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk basis ekonomi rakyat,” kata Dr. Agustinus Prasetyantoko, Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Jakarta kepada satuharapan.com, Jumat (21/11) di Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.
Branchless banking adalah istilah perekonomian yakni proses transfer seluruh transaksi keuangan tanpa mengandalkan bank dalam artian fisik.
Strategi ini dapat menggantikan transaksi keuangan dari sebuah proses distribusi ekonomi tanpa harus pergi ke bank.
“Menurut saya, penting dalam ekonomi kerakyatan dikembangkan konsep ini, akan tetapi terlebih dahulu dilengkapi dengan teknologi telepon genggam atau selular. Jadi yang paling mudah adalah harga komoditas apa saja untuk sektor pedesaan bisa harga padi dan jadi seluruh harga bisa tersedia di handphone, nah kalau itu bisa disistematisasi menurut saya akan menjadi sesuatu yang luar biasa,” Agustinus Prasetyantoko menambahkan.
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Jakarta ini menambahkan dengan demikian wirausahawan muda di berbagai pelosok tempat di Indonesia saat ini membutuhkan alat kerja yang praktis dan tidak bisa seperti jaman dahulu yang mengandalkan transaksi keuangan dilakukan di bank.
Contoh teknologi branchless banking adalah internet, anjungan tunai mandiri (ATM), perangkat ponsel. Masing-masing teknologi ini berfungsi untuk memberikan satu set layanan perbankan.
Dia menyadari bahwa di Indonesia saat ini butuh kesadaran terlebih dahulu terhadap teknologi, karena berbagai merek telepon pintar saat ini mempermudah kinerja wirausahawan muda khususnya yang menggerakan sektor perekonomian usaha kecil mikro dan menengah di berbagai daerah di luar Jakarta.
“Memang ada gradasi yang jauh dalam kaitannya dengan kepemilikan teknologi telepon selular untuk bisnis di kota besar dan desa kecil, tetapi kalau berbicara teknologi apa yang mereka punya tetap harus dimanfaatkan,” dia menambahkan.
Prasetyantoko mengatakan bahwa permasalah tentang kepemilikan telepon selular yang sederhana dan canggih sekalipun bukan berbicara harga lagi tetapi kemauan dan pemanfaatan.
“Kalau untuk sektor menengah ke atas kata kuncinya adalah kapitalisasi akses, sementara untuk menengah ke bawah kuncinya yakni bagaimana mengatasi kendala perluasan akses,” dia menambahkan.
“Nah contohnya kapitalisasi akses adalah wirausaha muda Indonesia sekarang sering mereka bisa kirim film ke luar negeri, itu untuk anak anak muda yang berkecimpung di dunia hiburan kreatif, dan dengan mudahnya mereka bisa kirim film dengan teknologi itu,” dia menambahkan.
Branchless banking, menurut Prasetyantoko penting bagi wirausahawan muda Indonesia karena mengatakan perekonomian Indonesia menyimpan potensi luar biasa jika para wirausahawan muda dikelola dengan benar oleh pemerintah.
Indonesia harus menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dengan lahirnya wirausawahan muda, karena menurut McKinsey Global Institute – sebuah perusahaan konsultan manajemen di Amerika Serikat – yang mempelajari tentang kekuatan tren pasar, kekuatan perekonomian Indonesia akan menjadi nomor tujuh dunia.
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...