Brazil: Diluncurkan Website Berisi File Pelanggaran HAM Selama Kediktatoran Militer
SAO PAULO, SATUHARAPAN.COM – Sebuah situs yang menyediakan file dan dokumen pelanggaran hak asasi manusia selama kediktatoran militer di Brazil diluncurkan Minggu (11/8). Website itu bernama “Brazil: Nunca Mais-Digital” (Brazil; Tidak Akan pernah Lagi – Digital) dengan alamat www.bnmdigital.mpf.mp.br.
Situs itu menyediakan akses gratis pada lebih dari 900.000 halaman catatan resmi pelanggaran hak asasi manusia dan merupakan tindak lanjut dari projek yang bernama sama, yaitu Brasil: Nunca Mais (BNM) yang didukung oleh Dewan Gereja-gereja Dunia (World Council of Churches / WCC) pada tahun 1980.
File-file dokumen dan mikrofilm, pada masa kediktatoran militer Brasil pada tahun 1970-an dan 1980-an, bahkan dokumen sampai tahun 2011 telah dikumpulkan dan disimpan dalam arsip WCC di Jenewa, Swiss dan Pusat Perpustakaan Penelitian (CRL) di Chicago, Amerika Serikat.
File-file tersebut secara diam-diam dikumpulkan dari catatan pengadilan pada saat itu dan dikirim ke WCC dan CRL untuk menjaga keamanan. Pada Juni 2011, Sekretaris Jenderal WCC, Dr. Olav Fykse Tveit, secara pribadi membawa file tersebut dari Arsip WCC ke Brazil dan mempercayakan penyimpanannya kepada Jaksa Agung Brazil.
Catatan tentang pengadilan untuk pemulihan sekarang tersedia untuk konsultasi publik pada situs tersebut dengan telh dibayar royalti pada 1.985 buku yang berisi rincian tentang kejahatan negara yang dilakukan di era kekuasaan militer.
Komisi Kebenaran Brazil
Pada acara peluncuran website itu, klik pertama dilakukan oleh Sonia Wright, putri Pendeta Jaime Wright, seorang pendeta Presbyterian di Brasil, yang menyelamatkan catatan penyiksaan oleh pemerintah militer.
Peluncuran website ini menandai periode baru dalam upaya Brasil mencapai rekonsiliasi setelah masa-masa yang penuh gejolak. Dalam pidatonya di depan 200 orang yang hadir, Rosa Maria Cardoso da Cunha, Koordinator Komisi Kebenaran Brazil, mengatakan, "Apa yang Anda lakukan di BNM membentuk parameter untuk pekerjaan kami," katanya.
Komisi itu dibentuk pada bulan Juni 2012 dan BNM sebagai dasar untuk komisi kebenaran pertama di negara itu.
Salah satu tokoh kunci di balik projek website adalah jaksa regional dan aktivis hak asasi manusia Brazil, Dr Marlon Weichert. Dia bekerja bersama WCC dan CRL mengatur pemulangan catatan dan dokumen tersebut. Hal itu adalah bukti dari file yang hilang oleh Mahkamah Agung Militer Brazil, yang oleh tim yang mengatur webside didokumentasikan secara digital
Dalam kesaksian yang emosional tentang proses mengembangkan projek tersebut, Weichert menyatakan syukur kepada mantan Sekjen WCC, Philip Potter, dan mantan anggota staf WCC, Pendeta Charles Harper atas dukungan mereka pada awal mengumpulkan bukti.
"Dukungan dari Dewan Gereja-gereja Dunia sangat penting untuk seluruh proses ini," kata Weichert. "Kami merayakan pembuatan website, tapi kami juga menghormati korban, dan kita merenungkan tentang kekuatan informasi dan kebenaran."
Tidak Akan Pernah Lagi
Edisi ke 37 buku Brasil: Nunca Mais adalah catatan penting tentang pidana penjara pada lebih dari 50.000 orang selama pemerintahan militer di Brazil.
Marcelo Zelic, direktur organisasi bernama Amazém Memoria, yang bekerja sama dengan pengacara regional, menekankan karya Charles Harper yang menerima file dari Jenewa dan katalog mereka dalam arsip WCC. "Berkat pekerjaan hatinya, sekarang kita memiliki kemungkinan untuk menawarkan informasi ini untuk melayani dan sebagai alat yang lebih efektif tentang lebih dari 170 kasus investigasi kriminal yang telah dilakukan."
Projek ini mendapat dukungan langsung dari WCC dan Keuskupan Agung São Paulo. Kardinal Dom Odilo Scherer, Uskup Agung São Paulo, mengungkapkan, pertanyaan apa kira-kira yang dikatakan oleh pendahulunya, yaitu Dom Paulo Evaristo Arns dan Pdt Jaime Wright, jika hadir pada kesempatan ini? "Saya yakin mereka akan memiliki cara yang kuat untuk memberitahu kami: tidak akan terjadi lagi."
Pdt Dr Walter Altmann, moderator Komite Pusat WCC, berbicara tentang beberapa episode yang menghubungkan WCC dan gerakan oikumenis terhadap perjuangan hak asasi manusia di Brazil, Amerika Latin dan seluruh dunia.
Dia berterima kasih kepada para donor WCC dari masa lalu dan masa kini yang melakukan tindakan yang memungkinkan projek itu berjalan. Altmann mendesak solidaritas internasional sebagai aspek sentral dari gerakan oikumenis.
"Dengan membangun jembatan untuk keadilan dan perdamaian di seluruh dunia kita mengatakan tidak pada rezim yang menindas yang dapat membuat mati lemas harapan dan solidaritas selamanya," kata Altmann. (oikoumene.org)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...