Buah Duwet Semakin Langka
SATUHARAPAN.COM - Buah duwet di Indonesia makin langka, karena pamornya kalah dengan buah-buah lain, apalagi buah impor. Buah ini di Indonesia juga dikenal sebagai jamblang, dan secara internasional disebut jambolan. Di Malaysia dikenal dengan nama jambulana, dan di Filipina disebut duhat.
Duwet (Syzygium cumini) berasal dari daerah subtropik Himalaya, India, Sri Lanka, wilayah Malesia, dan Australia. Di beberapa negara tanaman ini dibudidayakan secara luas. Perawakan pohon duwet adalah kokoh dan selalu hijau dengan tingi yang bisa dicapai 30 meter. Cabangnya rendah, tajuknya tidak beraturan. Daunnya berhadapan berbentuk bulat telur sungsang, berwarna merah jambu ketika muda dan menjadi hijau tua mengkilap.
Perbungaannya bertipe malai, biasanya muncul dari batang yang tak berdaun. Bunganya banyak dan rapat, serta wangi, berwana putih sampai merah jambu. Buahnya bertipe buah buni, berbentuk lonjong sampai bulat telur dengan panjang sekitar 3,5 Cm, berwarna hijau sampai coklat. Daging buah berwarna kuning sampai ungu, mengandung banyak sari, hampir tidak berbau, rasanya asam sepat.
Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 84 gram air, protein, lemak, karbohidrat, serat kalsium, fosfor, besi, niasin, vitamin A dan vitamin C. Nilai energinya 277/100 gram.
Selain dimakan buahnya sebagai buah segar, kadang-kadang dimakan dengan dicocolkan garam untuk mengurangi rasa sepat, buah duwet juga mempunyai manfaat yang lebih banyak lagi. Buah duwet bisa diloah menjadi sari buah, jeli, bahkan bisa dibuat anggur (wine). Wine dari duwet yang diolah dan dijual secara komersial telah dilakukan di Filipina.
Bunga duwet mengandung nektar yang darinya lebah bisa membuat madu dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu, penanaman jamblang bisa memberi manfaat bagi pengembangan lebah madu. Kulit kayunya terasa sepat dan bisa digunakan sebagai obat kumur, namun juga bisa digunakan untuk bahan pewarna kain. Tepung biji duwet bermanfaat untuk mengobati kecing manis (diabetes melitus), disentri dan diare.
Pohon duwet ditanam dengan biji, memalui persemaian. Tanaman ini akan berbuah pada usia tujuh tahun. Hasil perbanyakan dengan cangkok akan menghasilkan buah lebih cepat, yaitu tiga tahun sejak ditanam. Selaian itu, perbanyakan bisa dilakukan dengan pelengkungan, penyambungan dan penempelan. Duwet tumbuh baik di daerah tropik dengan ketinggian hingga 600 meter dari permukaan laut. Dijumpai juga di ketinggian 1.800 meter, tetapi tidak berbuah. Sangat baik ditanam di daerah dengan curah hujan tahunan di atar 1.000 mm dengan musim kering yang jelas.
Editor : Sabar Subekti
Mega Move it Fest Bangkitkan Musisi Timur dari Ambon
AMBON, SATUHARAPAN.COM - Festival musik tahunan "Mega Move it Fest", membangkitkan kembali...