Bukan Apa yang Dimiliki, Melainkan Apa yang Diberikan
Segala yang diperoleh bisa menjadi sumber penghidupan. Tetapi, segala yang diberikan akan menjadi sumber kehidupan (Winston Churcill)
SATUHARAPAN.COM – Sebuah video yang beredar di media sosial beberapa hari ini, menunjukkan seorang lelaki muda yang menempelkan sejumlah lembar mata uang dollar di badannya dan menuliskan besar-besar: ”Ambillah seberapa yang Anda perlukan”.
Ia lalu berdiri di jalan yang banyak dilalui pejalan kaki. Tentu saja menarik perhatian. Sebab orang senang mendapatkan uang cuma-cuma. Namun, lihatlah reaksi orang: ada yang lewat, berhenti sebentar, kemudian berlalu tanpa mengambil apa-apa. Ada orang bergaya mentereng yang mengambil sebanyak-banyaknya dan ketika ditanya apakah benar ia memerlukannya, ia menjawab, ”Ya saya ada janji dengan ahli kecantikan saya.”
Yang menarik adalah ketika seorang yang jelas menunjukkan bahwa ia berkekurangan, datang, melihat, kemudian mampir untuk mengambil hanya satu lembar saja. Sang Tokoh lalu menyapa orang miskin itu, ”Pak, apakah benar hanya itu yang Anda butuhkan?”
”Ya, hanya ini, saya hanya butuh untuk makan saja, biarlah sisanya untuk mereka yang juga membutuhkan” jawabnya. Si Miskin mengambil secukupnya, sedangkan Si Kaya mengambil banyak. Si Miskin mempertimbangkan orang lain, Si Kaya memikirkan kenikmatan diri sendiri.
Ini hanya satu gambaran yang membuktikan banyak situasi senada: orang miskin tidak membutuhkan banyak untuk memuaskan dirinya, orang berkecukupan sulit puas dengan apa yang ia punya. Orang miskin lebih memiliki empati kepada orang lain, hal mana sulit terjadi pada orang yang berkecukupan. Orang miskin sering lebih memberi ketimbang orang yang kaya.
Hal yang tidak tergambar dari kisah di atas adalah apakah Si Kaya lebih bahagia ketimbang Si Miskin. Dan sungguh tidak jarang terlihat di tengah masyarakat, mereka yang sederhana tampak lebih bahagia ketimbang mereka yang sebenarnya sudah bisa memperoleh segalanya dalam hidup. Yang lebih berbahagia adalah mereka yang banyak berbagi, bukan yang banyak memiliki.
Nyatanya banyak orang berkelimpahan yang tidak berbahagia. Dan ini pasti: memberi itu lebih bahagia daripada menerima. Kebahagiaan tidak terletak pada apa yang diperoleh, melainkan dari apa yang dibagikan. Juga bukan dalam hal memberi kepada mereka yang akan membalas, melainkan kepada mereka yang tidak akan pernah mampu untuk membayar kembali. Yang memberi bukanlah mereka yang berbahagia, sebaliknya: mereka yang berbahagia adalah mereka yang lebih dahulu memberi. Tangan yang tidak pernah terulur bagi orang lain ibarat sebuah hadiah yang tak pernah dipersembahkan.
Sekali lagi, bukan apa yang dimiliki, melainkan apa yang diberikan kepada dunia, yang akan menunjukkan kualitas hidup. Kehidupan yang diarahkan pada meringankan beban sesama adalah kehidupan yang tidak akan pernah sia sia.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...