Buku Ex Pejabat CIA Beberkan Kaitan Snowden dengan ISIS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Edward Snowden, mantan karyawan badan intelijen Amerika Serikat, Central Inteligence Agency (CIA), pernah mengatakan bahwa kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS adalah ciptaan badan intelijen Inggris, AS dan Israel. Berdasarkan sebuah dokumen rahasia yang dibocorkannya, sebagaimana dilansir oleh Gulf Daily News, disebutkan bahwa melalui strategi yang dinamai the hornet nest, ketiga negara itu menciptakan musuh di sekitar perbatasan demi melindungi Israel. Maka muncullah ISIS.
Namun, sebuah buku baru yang ditulis oleh mantan pejabat teras CIA mengungkap hal sebaliknya. Buku berjudul The Great War of Our Time: The CIA's Fight Against Terrorism—From al Qa'ida to ISIS, yang akan terbit pekan depan, justru menunjukkan Snowden memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan dan meluasnya gerakan ISIS. Pembocoran informasi operasi intelijen AS oleh Snowden, menurut buku itu, memainkan peran dalam kebangkitan ISIS, paling tidak membuat orang-orangnya sulit dipantau.
Mantan Wakil Direktur CIA, Michael Morell, dalam buku memoarnya tersebut menyatakan Snowden telah memberikan wawasan berharga bagi kelompok-kelompok teroris dan musuh-musuh AS. Morell secara langsung mengaitkan Snowden dengan meluasnya pengaruh ISIS, organisasi jihadis yang memisahkan diri dari Al-Qaeda kemudian menaklukkan wilayah di Irak dan Suriah dalam rentang yang luas.
"Dalam beberapa minggu setelah pembocoran (oleh Snowden), organisasi teroris di seluruh dunia mulai memodifikasi tindakan mereka berdasarkan informasi yang diberikan Snowden. Sumber-sumber komunikasi mengering, taktik berubah," tulis Morell.
Di antara kebocoran yang paling merusak, ia menambahkan, adalah penjelasan tentang sebuah program yang dijalankan intelijen AS berupa pengumpulkan email orang-orang asing di seluruh dunia melalui suatu peralatan. Kelompok teroris, termasuk ISIS, sejak itu menggeser jalur komunikasi mereka ke platform yang lebih aman, menggunakan enkripsi atau pun menghindari komunikasi elektronik sama sekali.
"ISIS adalah salah satu dari kelompok teroris yang belajar dari Snowden, dan jelas bahwa tindakannya berperan dalam munculnya ISIS," Morell menulis.
"Kerusakan yang terjadi sangat signifikan dan akan terus tumbuh," lanjut dia.
Harus diberi catatan bahwa pandangan Morell ini bukan merupakan konsensus dalam komunitas intelijen AS. Para pejabatnya terbelah pendapatnya tentang seberapa jauh Snowden menginspirasi ISIS. Faktanya, ISIS tidak melakukan aksi merebut wilayah di Irak sampai setahun setelah kebocoran informasi oleh Snowden dimulai. Dan tahun lalu, seorang pejabat intelijen AS yang memiliki akses informasi tentang taktik ISIS, mengatakan kepada The Daily Beast bahwa kelompok itu memang "kemungkinan belajar banyak" dari informasiyang dibocorkan oleh Snowden, namun "banyak dari pasukan mereka yang akrab dengan AS dari masa-masa ketika mereka bergabung dalam Al Qaedah Iraq (AQI), [dan] mereka telah beradaptasi dengan baik untuk menghindari deteksi. "
AQI yang merupakan organisasi asal ISIS, menjadi target pengawasan besar pasukan militer National Security Agency (NSA) dan tentara AS di Irak dari 2007 sampai 2008. Pengawasan atas mereka terutama dengan menargetkan ponsel para personil kelompok teroris itu. Agaknya, ISIS belajar dari pendahulu mereka jauh sebelum Snowden muncul, bahwa komunikasi mereka berada dalam pengawasan dan bahwa mereka harus berhati-hati menggunakan ponsel mereka dan email.
TTIga pejabat dan mantan pejabat AS baru-baru mengatakan kepada The Daily Beast mereka meragukan pembocoran rahasia intelijen oleh Snowden telah berdampak sedemikian besar terhadap cara berkomunikasi ISIS.Soalnya komunikasi beberapa dari antara mereka masih bisa dipantau, terutama sebagai bagian dari program yang mengumpulkan email orang-orang asing 'di Amerika Serikat.
Program itu, yang disahkan oleh pasal 702 Undang-Undang Pengintaian Intelijen Asing, adalah salah satu dokumen yang pertama kali dibocorkan oleh Snowden. Sebetulnya, pemerintah AS memiliki wewenang hukum untuk mengumpulkan email dengan cara yang lebih umum. Tapi para pejabat dan mantan pejabat CIA mengatakan dokumen-dokumen yang dibocorkan Snowden menyebut nama perusahaan-perusahaan AS yang memberikan informasi kepada NSA. Dan setelah itu, beberapa teroris yang berada di bawah pengawasan berhenti menggunakan layanan email yang disediakan perusahaan-perusahaan dimaksud.
Para pejabat tidak menyebutkan nama orang-orang atau pun perusahaan yang telah meerka manfaatkan, tetapi mereka yakin bahwa tanpa dibocorkannya info tersebut oleh Snowden, para teroris masih akan terus menggunakan email mereka.
"Kerusakan sudah menjadi signifikan dan akan terus tumbuh," Morell menulis, mengacu pada pengungkapan Snowden. Dia mencatat bahwa sementara debat publik di AS menghangat ketika informasi tentang langkah NSA mengumpulkan percakapan telepon penduduk AS, "Snowden merusak lebih banyak lagi program-program penting dengan membocorkan aktivitas-aktivitas intelijen yang dijalankan berdasarkan pasal 702 Undang-Undang Pengintaian Intelijen Asing."
Dalam bukunya, Morell juga mengangkat kemungkinan Snowden tidak hanya membocorkan informasi NSA, tetapi ex admin sistem NSA itu juga mencuri info rahasia CIA. Apalagi Snowden dulunya adalah karyawan CIA dari tahun 2006 sampai 2009 sebelum bekerja sebagai kontraktor NSA.
Morell menulis bahwa dalam suatu briefing dengan Direktur CIA, John Brennan pada pertengahan Juni, tidak lama setelah cerita tentang pengawasan NSA muncul di The Guardian dan The Washington Post, “Saya jelaskan bahwa kita perlu mengetahui sejumlah hal sesegera mungkin. Pertama, apakah ada dokumen atau informasi yang dimiliki Snowden dicuri dari NSA? Kedua, apakah dia menciri informasi rahasia ketika dia bekerja di CIA?
Sekali waktu pegawai CIA diberi akses ke pengamanan internal NSA untuk meninjau apa yang diambil oleh Snowden, dan "beritanya tidak terlalu baik," kata Morrel. “Diantara dokumen yang terancam bukan hanya milik NSA tetapi CIA juga."
Tentang pertanyaan kedua, apakah Snowden mencuri informasi rahasia ketika bekerja di CIA, Morell menulis, "Saya tidak diizinkan untuk menyediakan jawaban yang sudah dijelaskan kepada saya mengingat implikasinya terhadap keamanan nasional apabila informasi ini dibuka." (thedailybeast.com)
Kepala Militer HTS Suriah Akan Membubarkan Sayap Bersenjata
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kepala militer "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS) Suriah yang menang m...