Bulog Siap Jadi Stabilisator 11 Komoditas Pangan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perum Bulog siap ditugaskan menjadi stabilisator harga 11 komoditas pangan strategis, yakni beras, jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, gula, telur, cabai, bawang, terigu dan minyak goreng pada 2016.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu di Jakarta, Jumat menyatakan, rancangan penugasan BUMN pangan tersebut untuk menjaga 11 komoditas pangan strategis itu sudah dalam tahap pembahasan.
"Sudah ada rancangannya di meja Presiden, tinggal ditandatangani beliau," kata dia.
Menurut dia, terkait dengan penugasan tersebut, nantinya pihaknya akan bekerja sama dengan mitra kerja pengadaan seperti yang sudah berjalan selama ini terhadap komoditas beras dan gabah, terutama yang memiliki infrastruktur.
"kemitraan dimulai dengan mengoptimalkan keberadaan mitra kerja Bulog yang terdiri dari petani. Para mitra biasanya tidak hanya menanam padi di lahannya," kata dia.
Wahyu menyatakan, mereka bisa menyesuaikan musim tanam, ada pula yang menanam jagung, kedelai dan komoditas hortikultura lainnya, termasuk dengan pengadaan daging sapi dan ayam dan telur ayam.
"Jika pengadaan tidak cukup dari dalam negeri, maka jalur impor terbuka dengan sejumlah pengendalian. Contohnya jagung, kita diberi penugasan mengimpor 600.000 ton per Januari-Maret," kata dia.
Dari segi infrastruktur, menurut Wahyu, saat ini Bulog memiliki 1.500 unit gudang penyimpanan tersebar se-Indonesia dan telah memenuhi standar minimal menjaga ketahanan pangan di luar beras.
Bulog telah menyiapkan proyeksi penguatan infrastruktur secara mandiri di 2016, di antaranya membangun infrastruktur pascapanen seperti drying center, infrastruktur proses perawatan juga infrastruktur gudang termasuk infrastruktur produksi.
Menanggapi rencana Bulog bermitra dengan petani untuk mendukung penugasan menjaga 11 komoditas pangan tahun depan, Ketua Asosiasi Petani Padi Nasional Rali Sukari menyatakan, pihaknya siap menjadi mitra BUMN tersebut.
"Sepanjang saling menguntungkan kita mau. Kami memiliki produk, tapi kalau Bulog menyerap murah kita tidak mau," katanya.
Rali yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat itu menyatakan, petani padi biasanya juga menanam kedelai maupun jagung, bergiliran selama satu tahun sehingga produksinya bisa diserap oleh Bulog nantinya.
Namun, saat ini petani enggan menanam kedelai karena harganya tidak menguntungkan yakni Rp 6.700/kg, padahal seharusnya di atas Rp 10.000/kg jika ingin petani untung.
Saat ini, menurut dia, pemerintah menetapkan harga pembelian kedelai Rp 7.400/kg, oleh karena itu pihaknya mengusulkan adanya kenaikan menjadi Rp 8.000/kg agar petani bergairah kembali menanam komoditas pangan tersebut. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...