Bunga Bangkai Langka Siap Mekar di Air Terjun Tirai Tanggamus
TANGGAMUS, SATUHARAPAN.COM – Bunga bangkai, salah satu bunga raksasa langka di dunia, kini siap mekar di objek wisata Air Terjun Tirai di Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Bunga bangkai adalah salah satu bunga langka di dunia yang dikenal memiliki kelopak bunga berukuran raksasa dibandingkan jenis bunga biasa. Bungai yang memiliki nama ilmiah Amorphophallus titanum itu tumbuh alami di habitatnya di dalam kawasan areal Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi di Desa Datar Lebuay, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, di dalam kawasan wisata alam Air Terjun Tirai di wilayah itu.
“Diperkirakan beberapa hari lagi, bunga bangkai itu akan mekar optimal,” kata Selamet, petugas dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jaya Lestari, kelompok masyarakat setempat yang mengelola wisata alam Air Terjun Tirai di dalam kawasan KPHL Batutegi itu.
Petugas setempat telah memberi pembatas pagar bambu di sekitar bunga bangkai itu, agar tidak diusik. Tulisan “Awas Jangan Disentuh” juga dipasang.
Kendati masih masuk musim kemarau, hujan sudah beberapa kali turun di kawasan itu, yang membuat Selamet dan koleganya tak berani menyirami tanaman bunga bangkai itu. “Takutnya nanti malah membusuk, bisa tak jadi mekar bunganya. Padahal mekar itu yang sangat ditunggu-tunggu,” ia menambahkan.
Pengelola kawasan wisata alam itu berharap bunga langka raksasa tersebut segera mekar alami, sehingga menjadi salah satu daya tarik unggulan pengunjung.
“Kami akan coba jaga dan rawat bunga bangkai yang diperkirakan segera mekar itu,” ujar Abdul Kodir, Ketua Pokdarwis Jaya Lestari.
Ia mengatakan, selain bunga bangkai siap mekar itu, di kawasan tersebut, sejak dari jalan masuk menuju Air Terjun Tirai, terdapat sejumlah tanaman bunga bangkai yang tumbuh alami. Bahkan, sudah ada satu calon bunga muncul ke permukaan tanah, tak jauh dari lokasi bunga bangkai yang segera mekar tersebut. “Mudah-mudahan bunga ini juga terus tumbuh hingga bisa mekar nantinya,” katanya lagi.
Ia membenarkan, kawasan wisata alam itu merupakan habitat alami bunga bangkai, sehingga menjadi salah satu daya tarik yang coba terus dipromosikan agar makin banyak wisatawan tertarik untuk datang.
Mengeluarkan Bau seperti Bangkai Membusuk
Mengutip dari Wikipedia Indonesia, kibut atau bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa, dengan nama latin Amorphophallus titanium, Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia. Namun, ada catatan menyebutkan, kerabatnya, yaitu Amorphopallus gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5 meter.
Kibut disebut juga bunga bangkai karena bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai membusuk, yang sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat serta serangga untuk menyerbuki bunganya.
Kibut sering dipertukarkan dengan padma raksasa Rafflesia arnoldii, boleh jadi karena kedua jenis tumbuhan ini sama-sama memiliki bunga yang berukuran raksasa, dan keduanya sama-sama mengeluarkan bau yang tak enak.
Namun, menurut Abdul Kodir, hingga saat ini belum pernah ditemukan adanya bunga Rafflesia ada di sekitar kawasan KPHL Batutegi.
Tumbuhan bunga bangkai ini di Lampung, diketahui pula hidup pada habitat alami di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dengan wilayah menyebar pada Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, Tanggamus, dan Kaur (Bengkulu). Bunga bangkai ini juga telah menjadi koleksi dan dikembangkan pembiakannya di Kebun Raya Liwa di Kabupaten Lampung Barat sejak 2017.
Bunga bangkai ini diketahui memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, yaitu fase vegetatif dan fase generatif.
Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6 meter. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan pada umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Namun, apabila cadangan makanan kurang, akan tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar.
Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74 meter pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91 meter di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman.
Namun, Kebun Raya Cibodas, Indonesia, mengklaim bunga yang mekar di sana mencapai ketinggian 3,17 meter pada dini hari tanggal 11 Maret 2004.
Bunganya diketahui akan mekar untuk waktu sekitar seminggu.
Tumbuhan bunga ini menurut Uni Internasional untukKonservasi Alam (IUCN) termasuk dalam red list (daftar merah spesies terancam kepunahan).
Populasi bunga bangkai liar sudah semakin berkurang karena habitat alaminya banyak mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan permukiman. Penyebab lain adalah masyarakat yang merasa terancam dengan bau busuk bunga ini, lalu memotong bunga dan daunnya.
Beberapa waktu lalu, bunga bangkai ini diketahui masih hidup pada sejumlah kawasan di luar areal hutan di Lampung, termasuk di Kota Bandarlampung. Namun, saat ini nyaris tak ditemukan lagi. Kalau pun masih ada, sudah jarang ditemukan bunga bangkai yang berukuran besar saat mekar.
Umbi pada bunga bangkai dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman, dan obat-obatan. Sebutir biji bunga bangkai membutuhkan waktu 20-40 tahun untuk berbunga, dan ketika mekar suhu bunga akan mencapai 50-60 derajat celsius serta mengeluarkan asap.
Akses Jalan Darat
Bila ingin menyaksikan mekarnya bunga bangkai di kawasan wisata Air Terjun Tirai di Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, pengunjung atau peneliti harus meenmpuh perjalanan darat dari Kota Bandarlampung menuju Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, dengan waktu perjalanan normal sekitar 2,5 jam hingga 3 jam.
Masuk ke kawasan wisata Air Terjun Tirai, habitat bunga bangkai, harus dicapai dengan perjalanan lanjutan masuk ke Desa Datar Lebuay sejauh puluhan kilometer dari jalan lintas Bandarlampung-Gisting-Kotaagung.
Perjalanan ditempuh menggunakan sepeda motor, mengingat akses jalan masuk ke kawasan itu sedang diaspal. Itu pun dibatasi hingga batas kawasan KPHL Batutegi, selebihnya akses jalan hanya untuk sepeda motor hingga masuk ke area Air Terjun Tirai.
Jalannya masih berbatu-batu, naik turun berliku, dan sebagian masih bercampur dengan jalan tanah yang licin saat terkena hujan.
Para pengojek yang biasa mengantar pengunjung ke kawasan itu, biasanya sudah melengkapi dengan sepeda motor trail atau sepeda motor dengan rantai roda, sehingga saat hujan tetap bisa melewati jalanan di kawasan itu.
Sesampai di lokasi Air Terjun Tirai, tak jauh dari gerbang pintu masuk, sekitar 500 meter menuju air terjun, kita sampai ke habitat bunga bangkai yang siap mekar. Pengunjung harus melewati jalan berbatu menurun, sebagian sudah dibangun cor beton sehingga pengunjung lebih nyaman menempuhnya.
Selain menyaksikan beberapa puncak dan aliran air terjun, yaitu Air Terjun Tirai, Air Terjun Bujang, Air Terjun Perawan, Air Terjun Landai, dan Air Terjun Batu Salak, sejumlah ajang permainan telah disediakan pengelola kawasan wisata ini.
“Kami juga menyiapkan penganan khas lokal di sini, seperti sayur daun pakis, sambal khas, dan minum kopi. Semuanya menggunakan piring dan gelas terbuat dari bambu,” kata Kodir lagi.
Pengunjung yang masuk ke lokasi wisata alam itu dari Kantor KPHL Batutegi di Pasar Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, sejauh beberapa puluh kilometer, bisa membayar biaya jasa ojek sepeda motor sebesar Rp100.000 untuk perjalanan pulang pergi. Namun, bila berangkat dari jalan perbatasan Desa Air Naningan-Datar Lebuay cukup mengeluarkan biaya Rp50.000 pulang pergi. Pengemudi ojeknya pun sudah dapat bonus gratis minum kopi pakai gelas dari bambu, katanya lagi.
Tiket masuk hanya dikenakan biaya parkir Rp5.000 per kendaraan roda dua.
Perjalanan menuju objek wisata Air Terjun Tirai ini memang relatif menantang dan menegangkan. Cocok untuk penikmat wisata petualangan alam.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat jalan beraspal yang sedang dalam pembangunan untuk akses menuju kawasan wisata Ait Terjun Tirai ini bisa segera rampung dan digunakan, sehingga akan makin nyaman dan aman pengunjung datang ke sini,” kata Abdul Kodir lagi.
Ia pun mengajak sekaligus menantang para wisatawan dalam dan luar negeri, termasuk para peneliti dan mahasiswa serta pencinta kuliner lokal, untuk datang ke Air Terjun Tirai ini, saat bunga bangkai mekar, sehingga dapat secara langsung menyaksikan fenomena bunga langka di dunia mekar secara maksimal. (Ant)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...