Badak Sumatra di Malaysia Punah, Individu Terakhir Mati
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Badak Sumatra telah punah di Malaysia, setelah spesies terakhir di negara itu mati akibat kanker pada hari Sabtu (23/11) sore di penangkaran Tabin Wildlife Reserve, Sabah, Malaysia.
Departemen Margasatwa Sabah (SWD) di negara bagian Sabah timur di pulau Kalimantan mengatakan badak, bernama Iman, mati dengan sebab alami karena ada gangguan di organnya. Badak itu menderita tumor rahim sejak ditangkap pada Maret 2014.
Direktur SWD Augustine Tuuga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Iman, berusia 25 tahun, menderita sakit yang signifikan akibat meningkatnya tekanan tumor ke kandung kemihnya namun kematiannya lebih cepat dari yang diperkirakan.
Matinya Iman terjadi enam bulan setelah kematian Tam badak jantan satu-satunya di negara itu di Sabah. Badak betina lain juga mati di penangkaran itu tahun 2017. Upaya membiakkan badak sumatra menjadi gagal tetapi pihak berwenang Sabah telah mengambil sel telur mereka untuk kemungkinan reproduksi.
"Meskipun kami tahu bahwa ini terjadi lebih cepat daripada nanti, kami sangat sedih dengan berita ini," kata Menteri Lingkungan Hidup Malaysia, Christina Liew.
Liew mengatakan bahwa Iman sempat beberapa kali lolos dari kematian selama beberapa tahun terakhir karena kehilangan banyak darah, tetapi petugas satwa liar berhasil merawatnya sehat kembali dan memperoleh sel telurnya untuk kemungkinan kolaborasi dengan Indonesia dalam mereproduksi spesies yang terancam punah melalui inseminasi buatan.
"Untuk Sabah itu termasuk pengelolaan badak sumatra betina dengan patologi reproduksi, pengambilan gamet yang aman dari badak hidup, dan kultur sel. Iman dan Tam sama-sama hidup sebagai kultur sel di Malaysia," tambahnya.
Badak Sumatra adalah yang terkecil dari spesies badak dan satu-satunya badak dengan dua cula. Spesies ini pernah berkeliaran di Asia hingga India, tetapi jumlahnya terus menyusut drastis karena deforestasi dan perburuan liar. Kelompok konservasi WWF memperkirakan bahwa hanya ada sekitar 80 individu yang tersisa, sebagian besar hidup di alam liar di Sumatra dan Kalimantan.
International Union for the Conservation of Nature (IUCN) mengidentifikasi badak Sumatra dan badak Jawa dan Hitam terancam punah. Badak Afrika dan Sumatra memiliki dua cula, sedangkan yang lain memiliki cula tunggal.
Hanya sekitar 24.500 badak yang bertahan hidup di alam liar dengan 1.250 lainnya di penangkaran di seluruh dunia, kata IUCN. Dari jumlah tersebut, lebih dari dua pertiga adalah badak putih.
Badak dibunuh untuk diambil tanduknya, yang mengandung keratin yang mirip dengan rambut dan kuku manusia dan digunakan dalam obat-obatan tradisional di beberapa negara Asia. (apnews.com/malaysiakini.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...