Bunga Melati, Terapi Aroma Menenangkan Saraf
SATUHARAPAN.COM – Tanaman hias melati merupakan salah satu tanaman atau bunga hias yang dikenal seluruh masyarakat di Indonesia. Bunga melati putih dengan keharuman yang khas menjadi elemen wajib penghias rambut pasangan pengantin khususnya di Pulau Jawa.
Menurut Wikipedia, bunga melati putih juga dikenal sebagai lambang kesucian dan sering dijadikan sebagai simbol nasional. Dalam lagu dan puisi perjuangan Indonesia, gugurnya bunga melati sering kali dijadikan perlambang gugurnya pahlawan yang berkorban demi bangsa dan negara.
Bunga melati selain digunakan untuk keperluan adat, juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar parfum, untuk campuran atau parfum khusus bau bunga melati. Selain itu juga digunakan untuk minyak pijat dan minyak terapi aroma di salon-salon kecantikan.
Minyak bunga melati, dikutip dari draxe.com, berdasarkan penelitian, memiliki efek merangsang/pengaktifan otak dan juga membantu memperbaiki emosi. Minyak bunga melati merupakan obat alami yang populer untuk mengatasi stres dan menyeimbangkan hormon, dan telah digunakan selama ratusan tahun di beberapa bagian negara di Asia. Minyak melati juga digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada kehamilan dan persalinan.
Penelitian ilmiah yang dipimpin Professor Habil Hanns Halt, Fakultas Biologi dan Bioteknologi dari Universitas Ruhr Bochum Jerman, menemukan bahwa dibandingkan dengan ratusan wewangian lainnya, wangi bunga melati paling efektif meningkatkan GABA hingga lima kali lipat. GABA adalah senyawa alami yang ada di otak yang berfungsi untuk meredakan kegelisahan. Sehingga, minyak melati banyak digunakan sebagai terapi aroma untuk mengobati ketegangan saraf, apatis, kecemasan, depresi, gangguan saraf, dan efek negatif lain dari stres.
Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2005, yang dipublikasikan di European Journal of Applied Physiology, menemukan bahwa harum teh melati memiliki efek sedatif pada aktivitas saraf otonom dan membantu mengurangi denyut jantung dan menimbulkan perasaan tenang dan santai.
Sedangkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, saat wanita menopause mengoleskan minyak melati ke kulit mereka selama periode delapan minggu, dapat membantu mengurangi gejala emosional dan fisik saat menopause.
Morfologi Tanaman Melati
Melati putih dikutip dari uns.ac.id, adalah tanaman perdu dengan tinggi tanaman sekitar 3 meter. Tanaman melati termasuk family Oleaceae, tumbuh lebih dari setahun (perennial) dan bersifat merambat. Melati merambat dengan "berantakan" (terjurai), atau "longgar" ketika masih muda.
Batangnya bulat berkayu. Melati memiliki batang yang bercabang, dan berwarna cokelat.
Daun melati putih berjenis tunggal, tangkai daun pendek, dengan letak yang berhadapan. Helaian daunnya berbentuk bulat telur, hingga menjorong, ujungnya runcing, pangkalnya membulat, tepinya rata, tulang daunnya menyirip.
Perbungaannya termasuk majemuk, tumbuh di ketiak daun, terbatas dengan jumlah 3 bunga atau sebuah tandan padat dengan banyak bunga. Bunganya tunggal atau berpasangan (di varietas kultivasi), dengan 7-10 ruas kelopak, berbulu halus, panjang tabung mahkota 7–15 mm, sebanyak 5 cuping, bundar telur atau lonjong, kebanyakan putih, beraroma kuat. Mahkota bunganya berbentuk lembaran mengerut, seperti terompet, yang berwarna putih, dan berbau wangi.
Buahnya termasuk buah buni, mengkilap, dan berwarna hitam, dan dikelilingi kelopak. Beberapa varietas melati berbunga ganda dikenal tidak menghasilkan buah.
Akarnya termasuk tunggang, sulit untuk dipatahkan, kalaupun dipatahkan, bekasnya tidak rata, dan juga tidak berserat. Akarnya berbuku-buku/membesar. Akar melati dapat menumbuhkan tunas atau cikal bakal tanaman baru.
Melati putih adalah spesies melati yang berasal dari Asia selatan (di India, Myanmar, dan Sri Lanka). Penyebarannya dimulai dari Hindustan ke Indocina, lalu Kepulauan Melayu.
Di Italia, melati cassablanca yang juga disebut dengan spanish jasmine pada tahun 1692 ditanam yang kemudian dijadikan sebagai parfum. Inggris pada tahun 1665 membudidayakan melati yang berwarna putih yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de Medici.
Kandungan yang terdapat di dalam bunga melati yaitu asetat benzilic, alcohol benzilic, indole, jasmone, linalcohol, livalyl acetat, minyak eteris.
Menurut Wikipedia, nama ilmiah melati adalah Jasminum sambac. Di Indonesia melati dikenal masyarakat di seluruh wilayah Nusantara, dengan berbagai nama daerah, seperti menuh (Bali), meulu atau riwat (Aceh), menyuru (Banda), melur (Gayo dan Batak Karo), manduru (Menado), mundu (Bima dan Sumbawa) dan manyora (Timor), malete (Madura), atau beruq-beruq (Mandar).
Melati putih adalah salah satu dari bunga nasional Indonesia, yang ditetapkan secara resmi melalui undang-undang pada tahun 1990. Dua bunga nasional lain adalah anggrek bulan dan padma raksasa.
Kuncup bunga melati yang belum sepenuhnya mekar biasanya dipetik, dikumpulkan dan dirangkai menjadi roncean melati. Di Hawaii, melati dikenal sebagai pikake, dan digunakan untuk membuat kalung rangkaian bunga harum khas Hawaii yang disebut lei.
Di Kamboja, bunga ini digunakan sebagai persembahan sesaji untuk Buddha. Bunga ini umum dibudidayakan di India dan Bangladesh, yang biasanya digunakan untuk membuat rangkaian bunga tebal untuk penghias rambut.
Di Oman, bunga melati digunakan dalam upacara ulang tahun pertama seorang bayi. Di Tiongkok bunga ini menjadi campuran minuman teh melati serta menjadi tema lagu rakyat Mo Li Hua.
Menurut Balai Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, melati merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan jasmine oil. Minyak atsiri yang berasal dari melati banyak digunakan untuk parfum dan kosmetika.
Selain itu bunga melati juga dimanfaatkan dalam industri teh (sebagai pemberi rasa teh), bunga tabur, seni dekorasi dan tetapi aroma. Pemanfaatan tanaman melati dalam pengobatan akhir-akhir ini semakin meningkat dengan menjamurnya spa di daerah perkotaan. Pengobatan yang ditawarkan oleh spa-spa tersebut menggunakan obat-obatan alami dan minyak atsiri, yang dikenal dengan aroma therapy.
Bunga melati yang diproduksi petani Tegal, Jawa Tengah, dikutip dari majalahhortus.com, tidak saja dipasarkan di dalam negeri, tapi juga ke sejumlah negara di kawasan Asia, seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan India. Tegal sekarang menjadi salah satu daerah sentra bunga melati. Ekspor melati ke sejumlah negara Asia dengan total produksi pada tahun 2013 mencapai 9.456 ton.
Manfaat Herbal Melati
Kandungan senyawa kimia pada bunga dan daun melati, dikutip dari uns.ac.id, menimbulkan rasa manis, pedas dan bersifat sejuk. Sementara akarnya mempunyai rasa pedas, manis, dan agak beracun.
Skrinning fitokimia yang dilakukan oleh R Rastogi R, Mehrotra BN, dalam Compendium of Indian Medicinal plants. Vol- 5, New Delhi, India: Central Drug Research Institute, Lucknow and National Institute of Science Communication, 1998, melaporkan adanya kandungan indole, eugenol, linalool, dan senyawa aktif lain pada bunga melati.
Bunga dan daun melati putih menurut Wikipedia berkhasiat sebagai antiradang, merangsang keluarnya keringat (diaforetik), peluruh air seni (diuretik), melegakan napas, dan dapat mengobati flu, diare, demam, menghentikan ASI, dan bisul.
Adapun akarnya, yang terasa manis, pedas, netral, dan agak beracun, bersifat mematikan rasa (anastesi) dan menghilangkan nyeri (analgesik). Ramuan melati putih dilarang untuk diminum oleh ibu hamil dan kondisi badan lemah. Rendaman akar (dicampur minyak kelapa) digunakan untuk obat tetes telinga.
Menurut ejournal.unsrat.ac.id, bunga dan daun melati (Jasminum sambac) memiliki kandungan kimia yang berpotensi farmakologi seperti alkaloid, glycosid, saponin, terpenoid, dan flavonoid. Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan dan mempunyai kerja yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka seperti antibakteri.
Tim peneliti dari Universitas Sam Ratulangi Manado, seperti dikutip dari ejournal.unsrat.ac.id, menguji efektivitas ekstrak melati putih pada penyembuhan luka insisi kelinci. Jenis penelitian ini eksperimental menggunakan tiga ekor kelinci sebagai hewan uji.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa luka yang diberi salep ekstrak daun melati lebih cepat mengecil serta memiliki permukaan luka yang rata dan menyatu dengan kulit sekitar, dibandingkan luka yang tidak diberi salep ekstrak daun melati. Kesimpulannya salep ekstrak daun melati memiliki efek untuk mempercepat penyembuhan luka.
Sedangkan penelitian yang dilakukan tim peneliti Fakultas Kedoteran Universitas Brawijaya Malang, menguji pengaruh pemberian ekstrak etanol daun melati secara topikal terhadap peningkatan kontraksi luka bakar derajat II A pada tikus putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar. Kesimpulannya menunjukkan ekstrak daun melati mampu menyembuhkan luka lebih optimal, karena daun melati memiliki kandungan saponin, tanin, dan flavonoid yang membantu proses penyembuhan luka.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...