Buntut Pembubaran Demonstras Ukraina, Mendagri Minta Maaf, Polisi Kiev Mundur
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Menteri Dalam Negeri Ukraina meminta maaf atas tindakan keras polisi terhadap para demonstran pro Uni Eropa di pusat kota Kiev. Sementara Kepala Polisi Kiev mengajukan pengunduran diri.
Namun demikian, Menteri Dalam Negeri tetap memperingatkan terjadinya gangguan massal, kata kantor berita UNIAN sepertu dikutip ria.ru, hari Minggu (1/12). Hari Minggu aksi demonstrasi masih berlangsung di sana.
Sebelumnya, aksi ujuk rasa ribuan warga menuntut agar Ukraina memulihkan hubungan dengan Uni Eropa dibubarkan dengan kekerasan oleh polisi. Beberapa demonstran mengalami luka-luka.
"Saya ingin meminta maaf atas penggunaan kekuatan yang berlebihan pada malam tanggal 30 November di Independence Square," kata Vitaly Zakharchenko, dari Dewan Kementerian Dalam Negeri.
Menteri memperingatkan ribuan demonstran yang memulai pawai baru di Independence Square, kiev, dan tentara akan melakukan tindakan terhadap demonstran.
"Jika ada gangguan massal, maka kami akan bereaksi," kata Zakharchenko. "Bisakah Ukraina memiliki perang berdarah? Apakah kita seperti Tunisia atau Libya?" kata dia.
Sementara itu, pengunjuk rasa di Kiev telah merusak pagar polisi dan menempatkan bendera Ukraina di atas pohon Natal. Polisi tidak terlihat di tempat kejadian itu.
Hak Konstitusional
Jaksa Agung Ukraina, Viktor Pshonka, memihak pengunjuk rasa yang dibubarkan oleh polisi anti huru hara pada hari Sabtu (30/11). Dia mengatakan, "Orang-orang (di Independence Square) secara sah hukum. Ini adalah hak konstitusional mereka dan tugas utama badan penegak hukum adalah untuk memastikan bahwa mereka dapat menggunakan hak mereka. "
Dia dipanggil untuk menyelidiki penggunaan kekerasan oleh polisi anti huru hara dan untuk memeriksa laporan provokasi oleh orang-orang "yang berada di balik panggung aksi warga yang damai."
Kepala polisi Kiev, Valery Koryak, mengatakan, dia telah memberikan perintah untuk mengirim polisi anti huru hara untuk membubarkan protes. Dan dia mengajukan pengunduran dirinya hari Minggu (1/12), kata laporan mengutip satu sumber polisi.
Presiden Dituntut Mundur
Oposisi Ukraina menuntut Presiden, Viktor Yanukovic, mundur di tengah sengketa atas hubungan dengan Uni Eropa. Tiga partai oposisi utama mengatakan bahwa mereka membentuk “satuan tugas perlawanan nasional” setelah kepolisian anti huru-hara secara brutal membubarkan aksi pendukung oposisi dan melukai puluhan demonstran pada Sabtu.
Aksi tersebut dibubarkan oleh polisi bersenjatakan pentungan yang menyerang sekitar 1.000 demonstran di Independence Square di ibu kota Kiev pada Sabtu pagi.
Sekitar 10.000 orang berkumpul di Kiev tengah pada Jumat malam, menyerukan pengunduran diri Yanukovic setelah presiden itu menolak menandatangani kesepakatan politik penting dan perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Oposisi menyerukan protes baru di taman Kiev setelah polisi mengepung Independence Square dengan penghalang besi.
“Kami bisa dan harus menghapus otoritas ini,” kata juara tinju kelas berat, Vitali Klitschko, pemimpin partai UDAR, kepada sekitar 10.000 pendukung pada Sabtu, mengumumkan diadakannya protes baru.
“Kita harus datang dan menunjukkan bahwa kita tidak akan mengizinkan mereka menghina kita, kita akan menegakkan hak kita,” kata dia kepada demonstran. Hampir sepekan setelah protes besar pecah di seluruh Ukraina menyusul keputusan otoritas untuk membatalkan kesepakatan Uni Eropa yang akan mengatur integrasi negara bekas Soviet itu ke dalam Eropa.
Uni Eropa menuduh penguasa lama Kiev, Moskow, menekan Ukraina, yang bergantung berat pada gas alam Rusia, untuk menolak kesepakatan tersebut. (ria.ru / AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...