Burung Kicau Bisa Bantu Atasi Gangguan Bicara Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Para ilmuwan di Universitas Rockefeller New York, menemukan bahwa otak burung kicau menggunakan proses serupa dengan manusia ketika belajar membunyikan suara. Dan hasilnya, riset itu bisa membantu mengembangkan perawatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan bicara.
Otak kecil dari burung pipit zebra, mungkin bisa membantu para ilmuwan menjawab pertanyaan mengenai bagaimana manusia belajar membunyikan kata-kata untuk berbicara. Seperti halnya manusia, burung belajar berkicau dengan cara meniru.
Profesor Neurobiologi Universitas Rockefeller, Erich Jarvis, mengatakan, “Kami tidak hanya mampu mempelajari mekanisme pembelajaran vokal pada burung-burung kicau, tapi juga menerapkan temuan itu pada manusia. Alasannya adalah karena kami mendapati bahwa burung kicau dan manusia memiliki apa yang kami sebut sebagai jalur otak konvergen dalam gen-gen yang hanya ada dalam tubuh mereka, dan tidak ada dalam hewan lain seperti ayam.”
Para periset dari universitas Rockefeller di New York, menggunakan metode mengisolasi sel-sel dari bagian jaringan dan sel mikroskopik, untuk mencermati otak burung kicau.
Gambar-gambar itu, membantu mereka memahami bagaimana sinyal-sinyal dari otak burung mirip dengan proses yang digunakan manusia ketika belajar berbicara.
“Kami bisa menciptakan kondisi mirip Parkinson yang menyebabkan gagap pada burung kicau, dan kemudian kami mencari tahu cara memperbaiki kondisi itu. Kemudian kami bisa berupaya menciptakan kondisi itu dalam otak mirip manusia, dan mencari tahu apakah kami bisa memperbaiki sirkuitnya,” kata Jarvis.
"Kami juga berupaya mencari cara, untuk merekayasa sirkuit otak dalam spesies, yang tidak punya kemampuan itu, untuk mempelajari apakah kita bisa mengondisikannya. Dan apabila berhasil, kami bisa berupaya menerapkannya pada manusia,” katanya.
Jarvis mengatakan, akan perlu waktu bertahun-tahun sebelum temuan itu bisa digunakan untuk merawat manusia yang mengalami kesulitan berbicara.
“Saya memiliki hipotesa dalam sepuluh tahun, mengenai bagaimana merekayasa sirkuit otak, dan memprediksi gen jenis apa yang khusus dalam otak manusia dan burung kicau. Kami perlu waktu lima sampai tujuh tahun untuk mengidentifikasi gen-gen itu, dan kini sepertinya akan perlu lima sampai tujuh tahun lagi untuk mencari tahu bagaimana cara memanipulasinya,” kata Jarvis.
Burung-burung kicau, bisa membantu ilmuwan mempelajari asal gangguan bicara yang disebabkan autism, stroke dan penyakit Parkinson. (voaindonesia.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...