Buya Maarif: Kita Harus Menolak Segala jenis Rasisme dan Kezaliman
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pendiri Maarif Institute, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif mengatakan bahwa manusia itu satu, humanity is one. Oleh karena itu, kita harus menolak segala jenis rasisme dan menolak kezaliman atas nama apapun.
Dia mengatakan hal itu pada malam tasyakuran 10 tahun Maarif Institute, hari Jumat (7/6) di Jakarta. Buya Maarif, demikian dia biasa disapa, menegaskan bahwa kebhinnekaan di Indonesia adalah fakta keras yang harus dijaga.
Pada acara yang dihadiri tokoh-tokoh dari berbagai agama, dan etnis serta profesi itu, Buya Maarif yang juga mantan ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah, menyampaikan keprihatinan tentang kondisi bangsa yang masih diwarnai konflik kekerasan atas nama agama, seperti yang dialami kelompok Ahmadiyah, Syiah dan Kristen di Indonesia. Dia menyebutkan kondisi tersebut sebagai cerminan kehilangan keseriusan dalam mengurus bangsa.
“Tetapi kita tidak boleh tiarap. Kita harus mencoba apa yang bisa kita lakukan,“ katanya. Dan ditambahkan, “Hati nurani kita tidak boleh lumpuh, dan akal sehat kita harus tetap berfungsi.”
Di akhir sambutannya dia mengingatkan agar pada pemilihan umum parlemen dan presiden pada tahun depan kita tidak boleh salah pilih lagi.
Selain itu, Ketua Persekutuan gereja-gereja di Indonesia, Dr. Andreas A. Yewangoe mengatakan bahwa Maarif Institute dalam usia 10 tahun telah banyak melakukan hal-hal yang penting dalam menjaga kebhinnekaan Indonesia. Meskipun hal itu tidak mudah dilakukan, karena masih banyak kekerasan. “Tetapi saya percaya bahwa kerukunan yang otentik itu ada,” katanya.
Yewangoe menambahkan bahwa dewasa ini diperlukan upaya yang keras dan bersinergi untuk menjaga moralitas bangsa. “Kita harus terus berseru, meskipun seperti berseru-seru di padang belantara,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq, dalam sambutannya menyampaikan bahwa lembaga yang dipimpinnya memang kecil, tetapi telah berusaha untuk mencari alternative bagi bangsa ini. Dia menegaskan harapan lembaga ini untuk mewujudkan bahwa Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan adalah satu.
Pada acara tersebut, selain tasyakuran juga diluncurkan buku berjudul “Catatan 1 Dekade Maarif Institute, 2003 -2013” yang ditulis Ahmad Syafii Maarif bersama Fajar Riza Ul Haq, Abd. Rohim Ghazali, dan Ahmad Fuad Fanani.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...