Cabai Merah, Buah Pedas Berkhasiat Antikanker
SATUHARAPAN.COM – Cabai merah sangat terkenal dan sangat akrab dengan masyarakat Indonesia, bermanfaat sebagai salah satu bumbu dapur. Cabai termasuk salah satu komoditas hortikultura yang acap menjadi objek pemberitaan mengingat harganya yang sangat fluktuatif. Begitu harganya melejit, ibu-ibu pun menjerit.
Rasanya cabai yang khas, yaitu rasa pedas, membuat beberapa masakan khususnya dari Indonesia, menjadikan cabai bahan utama yang wajib ada, hingga ada istilah kapok lombok (lombok adalah cabai dalam bahasa Jawa). Kapok karena pedasnya, namun ketagihan untuk kembali mengulangnya.
Buah cabai dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, bergantung pada penggunaannya. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara, sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh. Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai merah.
Cabai merah, dikutip dari unila.ac.id, mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan vitamin dalam buah cabai merah adalah A dan C, serta mengandung minyak atsiri, yang rasanya pedas dan memberikan kehangatan bila kita gunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai merah mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari radikal bebas.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Narmin Yazdizadeh Shotorbani, Rashid Jaemi, dan Reza Heidari, dari Jurusan Biologi, Fakultas Sains, Universitas Urmia Iran, menunjukkan bahwa cabai merah merupakan sumber yang sangat baik dari vitamin A dan C serta senyawa fenolik, yang merupakan komponen antioksidan penting yang dapat mengurangi risiko penyakit.
Menurut Mozeena Bano dan VM Sivaramakrishnan dari Isotope Division Cancer Institute Madras Thailand, dikutip dari Journal of Biosciences, December 1980, Volume 2, Issue 4, pp 291–29, kandungan terbesar anti oksidan dalam buah cabai juga mengandung lasparaginase dan capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker.
Pemerian Botani Morfologi Cabai
Tanaman cabai merah dikutip dari agroteknologi.web.id, termasuk keluarga terung-terungan (Solanaceae). Tanaman cabai merah termasuk tanaman berbentuk perdu, berdiri tegak dan bertajuk lebar. Tanaman ini juga mempunyai banyak cabang dan setiap cabang akan muncul bunga yang pada akhirnya berkembang menjadi buah. Disebut cabai merah karena buahnya besar berwarna merah.
Samadi, pada 1997, menuliskan, batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada ketinggian batang tertentu akan membentuk percabangan seperti huruf “Y”. Batangnya berbentuk silindris, berukuran diameter kecil dengan tajuk daun lebar dan buah cabai yang lebat.
Bentuk daun pada tanaman cabe berbeda-beda, ada berbentuk lonjong, oval, lanset dengan permukaan daun atas berwarna hijau bahkan kebiruan. Sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau muda, tua, atau pucat. Semua variasi tersebut bergantung pada jenis dari varites dan spesies cabe yang ditanam.
Tumbuhan cabe memiliki akar tunggang semu. Akarnya juga berserabut dan biasanya terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil dari simbiosis dari beberapa organisme yang ada di tanah.
Bunga tanaman cabe memiliki bentuk yang sama, yaitu bintang, meskipun bunga tersebut bervariasi. Bunga tersebut tumbuh di bagian dekat demam daun baik secara tunggal atau kelompok pada tandan.
Biasanya pada satu tandan ada 2 – 3 bunga sedangkan mahkota bunga memiliki macam-macam warna seperti putih, putih keunguan, atau kehijauan, dengan diameter sekitar 5 – 20 mm.
Bunga pada tanaman cabai adalah salah satu bunga yang sempurna karena bunga jantan dan betina mengalami pemasakan pada waktu yang sama, sedangkan penyerbukan dibantu dengan angin yang berkecepatan 10 – 20 km/jam.
Cabai berasal dari Amerika tropis, tersebar mulai dari Meksiko sampai bagian utara Amerika Selatan. Tumbuhan ini merupakan salah satu rempah yang digunakan oleh suku Indian, pribumi asli benua itu.
India kini menjadi produsen cabai dunia. Produksinya lebih dari satu juta ton per tahun. Pusat produksinya di Malabar Coast, yang telah beroperasi sejak cabai pertama kali dikenalkan oleh Columbus.
Cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuum, L., mempunyai banyak nama lokal, yakni campli, capli (Aceh), ekiji-kiji, kidi-kidi (Enggano), leudeu (Gayo), lacina (Batak Karo), lasiak, lasina (Batak Toba), lada sebua (Nias), raro sigoiso (Mentawai), lado (Minangkabau), cabi (Lampung), cabe, lasinao (Melayu), cabe, lombok (Jawa), sabrang (Sunda), cabhi (Madura), tabia (Bali), sebia (Sasak), saha, sabia (Bima), mbaku hau (Sumba), koro (Flores), hili (Sawu), sahang (Banjar), rada (Sampit), sambatu (Ngaju), rica (Manado), bisa (Sangir), mareta (Mongondow), malita (Gorontalo), lada (Makassar), ladang (Bugis), manca (Seram), siri (Ambon), kastela (Buru), maricang (Halmahera), rica lamo (Ternate, Tidore), maresen (Kalawat), rihapuan (Kapaon), riksak (Sarmi), ungun gunah (Berik).
Cabai merah merupakan salah satu jenis cabai yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Selain karena manfaatnya bagi kesehatan, cabai merah juga memiliki harga jual yang cukup tinggi.
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2011, kebutuhan masyarakat Indonesia akan cabai tercatat pada kisaran 3kg/kapita/tahun. Pada tahun 2010 produksi nasional cabai di Indonesia rata-rata mencapai 1,328 ton/ha, pada tahun 2011 produksi cabai di Indonesia mencapai 1,440 ton/ha. Sedangkan kebutuhan masyarakat akan cabai di Provinsi Lampung saja pada tahun 2010 mencapai 2,981 ton/ha dan meningkat hampir 70 persen pada tahun 2011 menjadi 4,815 ton/ ha.
Khasiat Herbal Cabai Merah
Cabai merah, menurut peneliti dari Universitas Nottingham Inggris, seperti dipublikasikan Riset dan Komunikasi Biokimia dan Biofisika universitas tersebut, telah terbukti sebagai upaya untuk memerangi kanker. Kandungan capsaicin bisa menyerang sel mitokondria, maka para peneliti berharap segera mengembangkan obat yang mampu diproduksi secara massal.
Hasil penelitian tim dari Universitas Nottingham itu disampaikan Dr Timothy Bates, kepala tim peneliti, yang menyatakan mereka sudah melakukan pengujian manfaat capsaicin dalam sel kanker paru-paru manusia dan kanker prankreas. Kandungan itu, menurut dia, mampu menyerang inti dari sel kanker dan mereka meyakini akan bisa memberikan dampak yang sangat fundamental, kata Bates, seperti dikutip dari venasaphenamagna.blogspot.co.id.
Sebelumnya, para peneliti dari Cedars-Sinai Medical Center melakukan studi manfaat capsaicin untuk memerangi kanker prostat dengan tikus sebagai percobaannya. Hasil akhirnya menunjukkan ditemukan hal yang positif seperti capsaicin mampu mengurangi jumlah prostate-specific antigen (PSA), protein yang memiliki fungsi mengembangkan kanker prostat.
Menurut penelitian, cabai merah memiliki senyawa yang memberikan panas, yang bisa memberikan manfaat pada protein untuk meningkatkan pembakaran lemak dan produksi energi, menurut temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Proteome Research 2010, Volume 9, Issue 6, Pages 2977-2987.
“Temuan itu memberikan wawasan molekuler baru yang berharga ke dalam mekanisme efek anti-obesitas dari capsaicin,” kata peneliti dari Universitas Daegu di Korea. “Jadi, kami percaya bahwa temuan yang disajikan di sini membuka wawasan baru untuk studi dan perlakuan potensial untuk patologi ini.”
Sebuah studi laboratorium dari National Chung Hsing University di Taiwan, menemukan bahwa capsaicin dapat menghambat perkembangan sel-sel lemak, seperti dikutip dari Journal of Agricultural and Food Chemistry, 2007, Vol 55, Hlm 1730-1736.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...