Cakar Ayam Berpotensi Menghambat Kanker
SATUHARAPAN.COM – Pernah dengar nama daun cakar ayam? Tumbuhan ini berjenis tanaman paku, memiliki nama Latin Selaginella doederleinii, Hieron, yang merupakan herba dari keluarga Selaginellaceae.
Tumbuhan cakar ayam sama seperti tumbuhan paku lain, tumbuh di tebing-tebing, tepi jurang yang curam, dan tempat-tempat teduh lain dengan hawa yang dingin. Daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai ke percabangannya, menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya. Ternyata tidak banyak yang tahu tumbuhan yang satu ini bisa digunakan sebagai obat tradisional.
Cakar ayam sebenarnya sudah lama dikenal sebagai tumbuhan herbal yang sangat berkhasiat. Cakar ayam jika diolah menjadi obat memiliki rasa yang manis.
Tumbuhan cakar ayam, dikutip dari dari ub.ac.id, dapat digunakan baik dalam keadaan segar atau kering. Masyarakat telah banyak memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat tradisional, untuk menurunkan panas, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, penghenti pendarahan (hemostatis), dan menghilangkan bengkak.
Selain itu, paku cakar ayam juga berkhasiat untuk mengatasi batuk, infeksi saluran napas, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, tulang patah, pendarahan, dan kanker. Bahkan daun Selaginella doederleinii ini, telah lama digunakan sebagai obat tradisional rakyat Tiongkok untuk pengobatan berbagai jenis kanker, terutama untuk karsinoma nasofaring, kanker paru-paru, dan tumor trofoblastik.
Tumbuhan cakar ayam, dikutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, berdasarkan penelitian terbukti memiliki aktivitas antikanker, dapat menghambat sarkoma dan kanker serviks pada tikus dan sel L yang diisolasi dari kanker hati manusia. Tumbuhan cakar ayam ini, mengandung alkaloid, saponin, dan fitosterol. Ekstrak etanolik cakar ayam mengandung lima komponen lignin yang mampu menghambat sel kanker.
Tim peneliti dari Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor, meneliti nanopartikel ekstrak daun Selaginella doederleinii yang dapat menghambat sel kanker paru-paru manusia. Penelitian itu dilakukan untuk mengevaluasi efek sitotoksisitas nanopartikel cakar ayam.
Hasil penelitian menunjukkan nanopartikel dari ekstrak daun cakar ayam sangat menghambat pertumbuhan sel A549 (sel kanker). Konsentrasi ekstrak nanopartikel efektif menghambat sel kanker tanpa merugikan sel normal.
Pemerian Botani Tumbuhan Cakar Ayam
Tumbuhan cakar ayam dikutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, memiliki batang yang tegak, tinggi 15-35 cm, dan akar keluar pada percabangan. Daunnya kecil-kecil, bentuk jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai ke percabangannya yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya.
Cakar ayam mempunyai habitus terna, merayap, sedikit tegak. Batang bulat, liat, bercabang-cabang menggarpu, tanpa pertumbuhan sekunder dan putih kecokelatan. Daun tunggal, tersusun dalam garis sepanjang batang, berhadapan, halus dan hijau.
Spora 28 berupa sporangium tereduksi di ketiak daun dan berwarna putih. Akar serabut, muncul dari batang yang berdaun dan berwarna cokelat kehitaman .
Cakar ayam menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Selaginella doederleinii, dengan banyak nama local. Orang Jawa menyebutnya rumput solo, cemara kipas gunung, atau cakar ayam. Nama lain paku rane (Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), usia (Ambon), sikili batu, lingonai (Minangkabar). Di Tiongkok, tumbuhan ini disebut shi shang be atau juan bai.
Manfaat Herbal Cakar Ayam
Tanaman paku cakar ayam, menurut Dr Alfonsus Setiawan Dalimartha, dalam buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (1999, Jilid I, Trubus Agriwidya, Jakarta), mengandung alkaloid, saponin dan fitosterol. Ekstrak etanol paku cakar ayam dilaporkan mengandung lima komponen lignin, yaitu (-)-lirioresinol A, (-)-lirioresinol B, (+)-wikstromol, (-)-nortracheloside, (+)- matairesinol, yang mampu menghambat sel kanker.
Menurut Wikipedia, cakar ayam dikenal bisa membersihkan getih, antipiretik (menurunkan panas), antiracun, antikanker, dan nemostatik (menghentikan pendarahan), dan antibengkak. Bagian tanaman yang digunakan itu adalah seluruh bagian tanaman, dalam keadaan segar atau kering. Kandungan kimia yang dikandung di tanaman ini, selain yang sudah disebutkan di atas, juga flavonoid glikosida.
Alfonsus Setiawan, dokter ilmu pengobatan tradisional, akupunktur, ramuan pengobatan tradisional, dan pendiri Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupunktur Indonesia, menyebutkan cakar ayam berkhasiat untuk menghilangkan panas dan lembap, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, penghenti pendarahan (hemostatis) dan menghilangkan bengkak.
Cakar ayam juga berkhasiat untuk mengatasi batuk, infeksi saluran napas, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, tulang patah, pendarahan, dan kanker.
Bahkan menurut tim peneliti dari Departemen Analisis Farmasi, Universitas Medical Fujian Fuzhou, China, dan Departemen Sumber Daya TCM dan Apitherapy, Universitas Pertanian dan Kehutanan Fujian, Fuzhou, China, daun Selaginella doederleinii atau cakar ayam ini, telah lama digunakan sebagai obat tradisional rakyat Tongkok untuk pengobatan berbagai jenis kanker, terutama untuk karsinoma nasofaring, kanker paru-paru dan tumor trofoblastik.
Tim itu juga mengadakan penelitian dengan menguji ekstrak etil asetat daun cakar ayam yang menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru manusia. Hasilnya ekstrak daun cakar ayam memiliki efek antitumor. Toksisitas akut oral rendah menunjukkannya sebagai agen kemoterapi yang menjanjikan.
Selain itu, menurut penelitian RC Lin, AL Skaltsounis, E Seguin, F Tillequin, dan M Koch, Phenolic Constituents of Selaginella doederleinii, dalam Planta Medica, 60(2), 168-170 (1994), Selaginella doederleinii dilaporkan mempunyai aktivitas antimutagenik terhadap salmonella terinduksi karsinogen benzo.
Menurut tim peneliti Departemen Analisis Farmasi Sekolah Farmasi Universitas Kedokteran Fujian Fuzhou China dan Departemen Sumber Daya Pengobatan Tradisional China dan Produk Lebah Pertanian dan Kehutanan Universitas Fujian Fuzho China, Selaginella doederleinii, Hieron, atau cakar ayam, dikenal secara tradisional digunakan sebagai obat antitumor di China.
Dalam penelitian tersebut ekstrak biflavonoid total dari Selaginella doederleinii, terbukti biflavonoid ternyata bersifat antikanker, dan telah diuji pada model xenograft tikus lewis diinduksi kanker paru-paru (LLC) pada tikus jantan C57BL/6. Hasil penelitian menunjukkan identifikasi biflavonoid dalam sampel cakar ayam juga memiliki fungsi kemopreventif (memiliki aktivitas penghambatan perkembangan kanker).
Tim peneliti Department of Immunology College of Pharmacy dari Universitas Chung An Korea Selatan, dan Institute of Veterinary Universitas Kedokteran Negeri Chung Buk, juga Institute of Environmental Research Universitas Negeri Kang Woon, telah meneliti aktivitas antijerawat pada ekstrak daun Selaginella doederleinii atau cakar ayam, yang melibatkan potensi antimikroba nonantibiotik pada Propionibacterium acnes.
Jerawat adalah kondisi khas masa remaja dan disebabkan oleh peristiwa multifaktorial termasuk mekanisme hormonal, mikrobiologi, dan imunologis. Meskipun ada banyak perdebatan tentang keterlibatan langsung bakteri, Propionibacterium acnes sekarang diyakini berkontribusi pada tahap peradangan pada kondisi tersebut, dan dengan demikian memicu lesi yang meradang.
Penelitian saat ini meneliti sifat antijerawat pada ekstrak daun cakar ayam. Hasilnya menunjukkan cakar ayam memiliki aktivitas antimikroba nonntibiotik. Daun cakar ayam dapat menjadi sumber antijerawat nonantibiotik yang aman dalam penerapan terapeutik pengobatan jerawat dengan mengurangi kemungkinan inisiasi dan fase augmentasi nonspesifik dari respons inflamasi.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...