Camilan Sehat Tawarkan Peluang bagi Petani Sayur dan Buah
QUEENSLAND, SATUHARAPAN.COM - Produk buah dan sayuran menyumbang di bawah seperempat dari 9 miliar dollar (Rp 118 triliun) nilai makanan camilan, yang terjual di seluruh dunia.
Namun, hal itu bisa meningkat sejalan dengan keinginan konsumen, untuk membayar lebih bagi produk-produk mudah dan sehat.
Lebih dari 1.500 delegasi hadir dalam Horticulture Convention 2016 di Gold Coast, Queensland, untuk mendengarkan berbagai topik mulai dari inovasi terbaru, pasar ekspor, serta riset dan pengembangan.
Para peserta konferensi itu mendapatkan informasi, pasar camilan (kudapan) atau makanan yang dikonsumsi selain makanan utama, berpotensi besar, sebab buah dan sayuran hanya mewakili nilai sekitar 2 miliar dollar (Rp 26 triliun) dari 3,5 miliar dollar (Rp 46,1 triliun) nilai makanan camilan sehat setiap tahunnya.
"(Makan) camilan merupakan perilaku yang sangat mainstream," kata Dirut Fresh Logic, Martin Kneebone, kepada ABC, seperti dikutip dari australiaplus.com.
"Semua orang melakukannya dan ada keinginan untuk makan produk (camilan) yang lebih segar dan sehat," katanya.
Kneebone mengatakan, kunci meraih keuntungan dari pasar seperti itu adalah membuat "camilan yang bisa diterima" para konsumen.
Contohnya adalah tomat, salada, dan wortel, namun menemukan kecocokan buah-buahan dengan camilan yang siap dimakan merupakan tantangan terbesar, khususnya dalam menjadikan sayuran sebagai pilihan camilan.
"Saya rasa akan (menggunakan) saluran distribusi, yang lain," kata Kneebone seraya menambahkan, camilan seperti itu akan lebih banyak terlihat di tempat kerja, mesin penjual otomatis, rumah sakit, dan kemungkinan di minibar hotel dan penginapan.
"Tempat-tempat seperti itu, memiliki infrastuktur untuk menyimpan camilan, di saat orang menginginkannya," katanya.
"Teknologinya sudah sangat maju. Anda bisa mendapati mesin penjual otomatis, yang menyimpan makanan beku, lalu memanaskannya, kemudian bunyi, dikeluarkan dan dimakan," katanya.
Kegiatan Horticulture Convention itu, menarik minat sejumlah petani sayur dan buah populer Australia.
David Moon (petani bawang), Geoff Story (petani sayur daun baby leaves), serta Andrew Dewar (petani sayur lettuce) memanfaatkan kesempatan itu untuk bicara langsung dengan 40 pembeli dari enam negara.
Moon mengatakan, pasar domestik pun menawarkan peluang baru. Perusahaan miliknya, Moon Rock, misalnya, belum lama ini bekerja sama dengan jaringan peritel besar, dalam upaya meningkatkan volume bawang putih Australia di rak-rak supermaket.
Memasuki musim tanam bawang putih dan bawang di kebunnya, Moon mengaku tidak masalah menjual produknya di pasar domestik.
Dia mengaku, menanam bawang jenis short day yang katanya tidak begitu cocok untuk ekspor, berkaitan dengan daya tahan produk tersebut selama pengiriman lewat laut.
Geoffrey Story, dari Story Fresh Produce di Darling Downs mulai masuk pasar ekspor, mengapalkan bahan-bahan selada ke Singapura dan Taiwan, dan menyatakan ingin memperluas pasar Asia tersebut.
"Tidak semua negara Asia, namun hanya sebagian yang kami jajaki," katanya.
"Peluangnya lebih besar di paket ritel sayuran baby leaves, dibandingkan produk makanan sehingga memang tergantung pada masing-masing negara," katanya.
Peluang ekspor juga menarik minat Andrew Dewar, dari Pilton Valley Produce di Queensland selatan, yang fokus pada produk makanan yang harus dicuci sebelum digunakan, bukan produk sayur dan buah yang siap dimakan, mulai dari lettuce hingga baby leaf.
Dewar, yang perusahaannya mengirim produk ke Singapura, Hong Kong, Jepang dan Dubai, mengaku untuk memahami selera dan pilihan makanan konsumen di luar negeri, masih merupakan tantangan tersendiri.
Editor : Sotyati
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...