Capres Mundur, Pasar Negatif, CT Minta Investor Tenang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung meminta para pelaku pasar tetap tenang dan tidak mengambil langkah spekulatif terkait kondisi perpolitikan saat ini, setelah salah satu capres mengundurkan diri dari ajang pemilu presiden.
“Ini adalah sebuah keniscayaan dan kenyataan. Saya mengimbau seluruh rakyat Indonesia dan pelaku pasar, dunia usaha, domestik, swasta dan asing, untuk bisa menerima kenyataan yang ada,” katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (22/7).
Chairul mengaku tidak senang dengan pengunduran salah satu capres tersebut, karena kekhawatiran dari pelaku pasar sebagai respons atas kejadian itu sempat membuat kondisi pasar keuangan fluktuatif dan bergejolak.
“Tadinya, saya merasa ada hal yang bisa diterima oleh yang menang dan yang kalah secara baik. Tapi ternyata salah satu pihak tidak bisa menerima hasil pemilu yang ada dan menyatakan hasil itu tidak sah, walaupun tidak akan mengajukan ke MK,” katanya.
Chairul mengharapkan semua pihak tetap menerima keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan seluruh elemen dapat menghormati Undang-Undang berlaku, karena sikap seperti itu dapat menyebabkan situasi pasar keuangan yang lebih kondusif.
“Pasar menyayangkan bisa terjadi seperti itu, karena kalau seandainya bisa diterima, tentu hasilnya akan terbalik, rupiah akan lebih menguat sangat luar biasa,” ujar mantan Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) ini.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah sebesar 58 poin menjadi Rp 11.630 per dolar AS dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.572 per dolar AS.
“Pelemahan nilai tukar rupiah lebih didorong oleh isu politik sebab salah satu dari capres-cawapres belum menerima hasil perhitungan suara oleh komisi pemilihan umum (KPU),” ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova.
Menurut Rully, mata uang rupiah akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah terbatas hingga kondisi politik di dalam negeri kembali stabil dan situasi menjadi lebih kondusif.
Sementara, Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah 43,60 poin atau 0,85 persen ke posisi 5.083,52 menyusul aksi ambil untung sejumlah investor. Sedangkan, indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 7,53 poin (0,86 persen) ke level 873,77.
IHSG BEI Ditutup Turun 43,60 Poin
“Indeks BEI bergerak melemah seiring maraknya aksi ambil untung oleh pelaku pasar menyusul adanya penolakan hasil perhitungan suara pilpres oleh KPU yang menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar,” kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian, lanjut Reza, tekanan indeks BEI cenderung terbatas di akhir sesi menyusul sebagian investor yang mengambil posisi beli sehingga IHSG tidak terlalu turun.
Ia memperkirakan bahwa respons negatif dan kekhawatiran investor di pasar saham domestik terhadap penolakan hasil pilpres itu masih mewarnai pergerakan IHSG BEI ke depannya.
“Meski laju IHSG BEI berpotensi melemah kembali, namun diharapkan pelaku pasar dapat lebih rasional dan memanfaatkan pelemahan untuk mencari saham-saham yang berfundamental baik,” kata Reza.
Ia memperkirakan bahwa pada perdagangan Rabu (23/7) IHSG BEI akan bergerak di kisaran 5.035-5.168 poin.
Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 277.027 kali dengan volume mencapai 5,53 miliar lembar saham senilai Rp 7,48 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 80 saham, yang melemah 245 saham, dan yang tidak bergerak 88 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng menguat 394,97 poin (1,69 persen) ke level 23.782,11, indeks Nikkei naik 127,57 poin (0,84 persen) ke level 15.343,28 dan Straits Times menguat 2,64 poin (0,08 persen) ke posisi 3.316,91.
Rupiah Selasa Sore Melemah Menjadi Rp 11.630
“Pelemahan nilai tukar rupiah lebih didorong oleh isu politik sebab salah satu dari capres-cawapres belum menerima hasil perhitungan suara oleh komisi pemilihan umum (KPU),” ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, mata uang rupiah akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah terbatas hingga kondisi politik di dalam negeri kembali stabil.
Ia mengemukakan bahwa salah satu sentimen yang menahan tekanan mata uang rupiah yakni ekspektasi positif dari data ekonomi Indonesia kuartal II 2014 yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 5,2 persen “year on year” (yoy).
“Fundamental ekonomi Indonesia mengarah ke perbaikan, sektor konsumsi masih baik seiring dengan daya beli masyarakat yang masih kuat,” katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa di tengah risiko geopolitik yang terjadi di Ukraina dan jalur Gaza juga masih menjadi sentimen negatif mata uang berisiko. Dalam kondisi ketidakstabilan global itu, mata uang dolar AS akan diminati pelaku pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, mata uang dolar AS juga cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menjelang diumumkannya data inflasi Amerika Serikat bulan Juni.
“Inflasi diperkirakan naik, data inflasi dinantikan pelaku pasar karena hal itu menjadi salah satu acuan bagi bank sentral AS (the Fed) untuk menaikkan suku bunga Fed,” katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini (22/7), tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp 11.531 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 11.577 per dolar AS. (Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...