Euforia Pilpres Mereda, Pasar Ikuti Sentimen Global
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (25/7) sore menguat sebesar lima poin ke posisi Rp 11.563 dibandingkan sebelumnya Rp 11.568 per dolar AS. Namun, indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, ditutup turun sebesar 9,83 poin menyusul aksi "wait and see" terhadap lanjutan hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI yang masih cenderung panas.
Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa penguatan mata uang rupiah cenderung terbatas terhadap dolar AS menyusul masih khawatirnya investor terhadap potensi kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih cepat dari seharusnya.
"Menurunnya data klaim pengangguran serta inflasi AS yang diperkirakan sesuai dengan target dapat mendorong the Fed menaikkan suku bunga lebih cepat," katanya.
Data ekonomi AS lainnya, lanjut dia, yakni pesanan barang tahan lama Amerika Serikat yang meningkat, memberikan sinyal bahwa ketangguhan sektor manufaktur negeri Paman Sam itu membaik.
Di sisi lain, lanjut dia, mata uang rupiah juga masih terbebani oleh perkembangan geopolitik di Ukraina yang dapat membuat harga minyak dan gas sehingga mengganggu perbaikan ekonomi global.
Sementara itu, Analis pasar uang dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong mengatakan bahwa pergerakan rupiah masih stabil di tengah minimnya sentimen baru di dalam negeri.
Menurut dia, setelah euforia pilpres mereda, pergerakan mata uang rupiah kembali mengikuti sentimen global dan fundamental ekonomi domestik.
"Sentimen global masih berpihak ke dolar AS, sementara sentimen domestik masih `wait and see` terkait laju ekonomi Indonesia kuartal II 2014," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini (25/7), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp 11.591 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 11.531 per dolar AS.
HSG BEI Ditutup Turun 9,83 Poin
Indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, ditutup turun sebesar 9,83 poin menyusul aksi "wait and see" terhadap lanjutan hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI yang masih cenderung panas.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI ditutup melemah sebesar 9,83 poin atau 0,19 persen ke posisi 5.088,80, sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 4,40 poin (0,50 persen) ke level 868,29.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa IHSG BEI kembali bergerak konsolidasi, pelaku pasar saham saat ini sedang menunggu agenda lanjutan dari hasil Pilpres serta rilis data ekonomi Indonesia periode Juli tahun ini.
"Secara makro diprediksi ekonomi Indonesia masih akan stabil," katanya.
Ia mengharapkan kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami perbaikan karena data itu merupakan salah satu penggerak IHSG BEI dalam beberapa waktu ke depan.
Analis HD Capital Yuganur Wijanarko menambahkan bahwa aksi jual pelaku pasar menjelang libur panjang Lebaran 2014 menekan pasar saham domestik meski tidak signifikan.
"Sebagian pelaku pasar melakukan lepas saham seiring dengan ekspektasi inflasi Juli yang berpotensi naik. Namun, pada dasarnya masih direkomendasikan untuk masuk bila keadaan berbalik menjadi lebih positif," katanya.
Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 246.761 kali dengan volume mencapai 3,87 miliar lembar saham senilai Rp 5,05 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 156 saham, yang melemah 148 saham, dan yang tidak bergerak 98 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng menguat 74,51 poin (0,31 persen) ke level 24.216,01; indeks Nikkei naik 173,45 poin (1,13 persen) ke level 15.457,87; dan Straits Times melemah 9,71 poin (0,29 persen) ke posisi 3.344,18. (Ant)
Banjir dan Longsor Melanda Soppeng, Sulawesi Selatan, Satu O...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM- Banjir melanda Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, pada hari Sa...