Carica, Pepaya Mungil dari Dieng
SATUHARAPAN.COM – Pepaya gunung atau carika (Vasconcellea cundinamarcensis, syn. Carica pubescens, Carica quercifolia, Carica goudotiana, dan Carica candamarcensis) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah. Di wilayah Wonosobo tanaman ini biasa disebut Carica, dan di Bali tanaman ini disebut Gedang Memedi.
Ia punya sosok yang tidak beda dengan pepaya, tetapi buahnya lebih kecil, dan banyak sampai berdesakan. Dari batang muncul banyak cabang.
Bunga dan buah muncul sepanjang tahun. Daging buah warna putih, jika matang menjadi kuning, manis agak asam, dan harum.
Ini adalah tanaman khas daerah pegunungan yang berhawa dingin, 1.500 - 3.000 meter dpl. Di Indonesia banyak tumbuh di dataran tinggi Dieng dan Bali. Diduga tanaman ini berasal dari pegunungan Andes di Amerika Selatan.
Pepaya gunung merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C [2]. Pepaya gunung mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan merupakan senyawa 3-hidroksiester, yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan sawo.
Pepaya gunung diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng.
Perbanyakan pepaya carica dengan biji, tetapi yang lebih umum dengan stek (cara yang kurang lazim untuk tanaman jenis pepaya). Sayangnya tanaman ini belum dibudidayakan secara luas.
Buah carica biasanya dimanfaatkan untuk sirup, atau daging buahnya dijadikan manisan. Rasanya enak dan segar. Di Dieng, manisan carica adalah oleh-oleh yang khas. (Puslitbang LIPI/wikipedia)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...