Cegah Kebakaran Berulang, Baduy Luar Perlu Mitigasi Bencana
BANTEN, SATUHARAPAN.COM – Untuk mencegah bencana kebakaran terulang, warga Baduy membutuhkan program mitigasi yang bisa digali dari kearifan lokal.
Demikian diungkapkan oleh Communications Specialist Kemitraan, Alexander Mering, usai melakukan kunjungan dan menyerahkan sejumlah bantuan bagi korban kebakaran di Kampung Cisaban II, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (5/6) kemarin.
“Pengetahuan mitigasi ini dimaksud, bisa digali dari kearifan lokal masyarakat Baduy sendiri, terutama Baduy Dalam. Jadi tidak harus menggunakan alat-alat canggih dan modern,” kata Mering.
Dia sangat yakin, bahwa peletakan atau cara memasang hawu (Tungku dari Tanah Liat) dan Parako (Perapian) di dalam rumah orang Baduy Dalam sudah diperhitungkan dengan cermat. Karena dilihat dari struktur maupun secara teknis pemasangan, kelihatan kalau hal tersebut merupakan bagian dari mitigasi bencana kebakaran.
Dari pengalamannya bekerja bersama masyarakat adat lebih dari 10 tahun terakhir, Mering menemukan cukup banyak praktik-praktik dalam budaya masyarakat adat berupa tata kelola pengendalian bencana. Seperti pengendalian api, air, tanah, udara bahkan hama. Misalnya kata dia yang pernah dijumpainya di masyarakat Dayak di Kalimantan, Kasepuhan di Lebak, dan Topo Uma di dataran tinggi Pipikoro, Kabupaten Sigi.
Untuk itu pada pelaksanaan fase III Program Peduli yang dilaksanakan oleh Rimbawan Muda Indonesia (RMI) di wilayah masyarakat Baduy dan Kasepuhan, di Lebak, dia berharap juga bisa menemukan kearifan lokal kedua masyarakat adat tersebut yang terkait dengan mitigasi bencana, salah satunya bencana kebakaran. Ditambahkannya, program ini sendiri merupakan program pemerintah di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Sejak peristiwa kebakaran yang melanda 83 rumah milik 118 KK Baduy Luar, di Kampung Cisaban II, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan (Partnership) bekerja sama dengan Rimbawan Muda Indonesia (RMI), Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) turut melakukan penggalangan dana dan menyalurkan sejumlah bantuan.
Ketua RT setempat, Ahdi yang menerima langsung bantuan mengatakan hingga Senin (5/6) kemarin sudah cukup banyak bantuan yang mengalir ke Cisaban. Baik yang disalurkan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, private sector dan individu yang bersimpati pada korban.
Bantuan berupa barang, bahan bangunan, pakaian, makanan maupun uang. Antara lain bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) telah memberikan bantuan senilai Rp 2,4 miliar lebih. Terdiri dari uang Jaminan Hidup (Jadup) sebesar Rp 328.500.000 dan bantuan logistik senilai Rp 68 juta lebih.
Sementara itu staf RMI, Novytya Ariyanti yang turut mengantar bantuan bersama wartawan dan dua relawan lainnya mengatakan, bahwa kedatangan RMI, Kemitraan, dan PWKI, kali ini adalah untuk yang kedua, setelah minggu lalu menyalurkan bantuan berupa uang dan selimut kepada para korban. Saat ini kata Novytya Ariyanti, warga Cisaban tengah sibuk membangun rumah-rumah tradisional mereka dari kayu dan bambu. (PR)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...