Cegah Kemiskinan Ekstrem, PBB Serukan Bantuan untuk Afghanistan
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Perserikatan Bangsa-bangsa (P)BB) menyampaikan seruan baru untuk bantuan internasional untuk Afghanistan, memperingatkan bahwa pemotongan dana sebagai tanggapan terhadap pemerintah Taliban yang melarang perempuan dari pendidikan dan pekerjaan akan melanggengkan kemiskinan ekstrem yang berlangsung selama beberapa dekade.
Afghanistan tetap terputus dari sistem keuangan global sejak kelompok militan itu mengambil alih pada Agustus 2021 menyusul penarikan pasukan Amerika yang tidak terorganisir. Negara membutuhkan dolar dari bantuan asing untuk mengimpor makanan dan memulai ekonomi.
Sekitar US$4,6 miliar diperlukan dalam bantuan luar negeri tahun ini untuk mencegah Afghanistan semakin terpuruk, program Pembangunan PBB mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari Selasa (18/4), mengulangi target pendanaan yang pertama kali diumumkan pada bulan Februari.
Seruan ke negara-negara donor datang karena cadangan bank sentral Afghanistan tetap dibekukan oleh Amerika Serikat dan Eropa karena khawatir akan digunakan untuk mendanai terorisme. Washington kemudian setuju untuk melepaskan setengah dari cadangan untuk meningkatkan ekonomi tetapi menahannya setelah Taliban melarang perempuan Afghanistan bersekolah atau bekerja tahun lalu.
“Ekonomi dan masyarakat berada di ambang kehancuran,” kata perwakilan UNDP di Afghanistan, Abdallah Al Dardari, dalam sebuah wawancara sebelum rilis laporan tersebut. “Setiap kejutan atau penurunan bantuan internasional hari ini akan mendorong sejumlah besar warga Afghanistan ke nasib yang lebih buruk daripada yang mereka hadapi hari ini.”
Jika ada penurunan 30 persen dalam bantuan asing dari US$3,7 miliar yang diberikan tahun lalu, ekonomi akan berkontraksi sebesar 0,4 persen tahun ini dan tingkat inflasi dapat melonjak hingga 10 persen pada tahun 2024, menurut perhitungan UNDP. Pendapatan per kapita bisa turun menjadi US$306 tahun depan dibandingkan dengan US$512 pada tahun 2020, menjadikan Afghanistan salah satu negara termiskin di dunia, katanya.
Tetapi jika bantuan berlanjut pada tingkat yang sama seperti tahun lalu, produk domestik bruto Afghanistan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,3 persen pada 2023 dan 0,4 persen pada tahun berikutnya, kata UNDP. Ini masih jauh di bawah tingkat pertumbuhan penduduk yang melebihi dua persen dan mengimplikasikan bahwa pendapatan akan terus menurun, menurut laporan tersebut. (Bloomberg)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...