Cegah Moro Merdeka, Filipina akan Berubah ke Sistem Federal
MINDANAO, SATUHARAPAN.COM - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mendesak kongres negara itu untuk mempercepat pengesahan undang-undang yang memperbolehkan negara itu menerapkan sistem federal dalam pemerintahannya. Sebab jika tidak, ia mengkhawatirkan Mindanao akan memisahkan diri menjadi negara merdeka.
"Jika negara ini tidak berubah ke sistem federal, Anda mungkin akan melepas Mindanao," kata Duterte, dikutip dari sunstar.com.ph, ketika berbicara pada acara Urban Poor Solidarity Week di Mandaluyong City.
Ia mendesak Kongres mempercepat pembahasan UU agar implementasi sistem federal itu bisa dilaksanakan. Ia bahkan mengatakan akan segera mundur sebagai presiden jika sistem federal itu diterapkan.
Ia menambahkan, jika pemerintah gagal untuk menerapkan sistem federal, rakyat Moro di Mindanao tidak akan mau bekerjasama dengan pemerintah untuk mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan di negara itu.
"(Tanpa) federalisme, rakyat Moro tidak akan bersedia untuk melakukan apa pun. Saya mengatakan ini, namun jika Anda tidak percaya pada saya, itu terserah Anda," kata dia.
Pada kesempatan lain, Duterte mengatakan ia telah berbicara dengan Ketua Kongres, Pantaleon "Bebot" Alvarez, agar merampungkan pembahasan undang-undang tentang sistem federal tersebut dalam waktu dua atau tiga tahun. Merombak sistem pemerintahan membutuhkan perubahan undang-undang dasar.
"Saya mengatakan kepada mereka, Bebot [nickname Alvarez '], cepat itu. Saya mengatakan kepada mereka jika Anda menyelesaikannya dalam dua atau tiga tahun, saya akan mengundurkan diri sebagai Presiden. Anda dapat pegang kata-kata saya, "kata Duterte sebagaimana disiarkan oleh inquirer.net, ketika ia berbicara di Wilayah Otonomi Muslim Mindanao di Davao City.
Ia menambahkan, bola sudah harus mulai bergulir sekarang, karena "rakyat Moro tidak sampai masa jabatan presiden berikutnya."
"Saya bukan faktor yang sangat diperlukan di pulau ini. Tapi apa yang saya katakan ... mungkin ini bukan benar-benar peluang emas, tetapi ini kesempatan yang paling tepat saat ini bagi generasi kita, dalam kehidupan kita sekarang," kata dia.
Dia mengatakan jika dia mati sebelum ini selesai, akan sulit untuk meyakinkan kembali orang-orang akan gagasan ini.
Dia juga meyakinkan rakyat Moro di Mindanao bahwa dirinya sangat ingin memberi mereka wilayah mereka sendiri.
Dia juga meyakinkan mereka bahwa dirinya tidak dikendalikan atau dipegaruhi pihak luar dalam hal ini.
"Apa yang harus Anda mengerti dari saya, dan percayalah, apa yang saya inginkan terjadi adalah untuk memberikan apa yang menjadi hak Anda, dan itu adalah wilayah Anda, pemerintahan Anda, dan kebahagiaan orang-orang Moro," kata dia.
Duterte mengatakan Mindanao telah menderita selama beberapa dekade karena tidak ada tindakan kohesif baik dari orang-orang Moro maupun pemerintah pusat.
Ada beberapa upaya untuk mengatasi konflik di Mindanao, tetapi ini hanya terbukti memecah belah, bahkan di antara kelompok-kelompok Moro, tambahnya.
"Saya pikir satu-satunya pengaturan yang diterima pada hari ini, saat ini generasi kita dan kehidupan orang-orang Moro adalah federalisme. Selain itu, akan ada konflik, "katanya.
Duterte juga membela aksi pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh kelompok Moro.
Menurut dia, terorisme tidak dimulai oleh orang-orang dari Mindanao, tetapi oleh "penjajah" yang "memulai melakukan pembunuhan dan penjarahan tanah di Mindanao."
"Ini hanya reaksi dari orang yang telah kehilangan hal yang paling berharga dari milik Allah dan itu adalah tanah. Apa yang mereka sebut pemberontakan Muslim sebenarnya adalah nasionalisme, untuk memasukkannya dengan benar dalam perspektif yang benar, "kata dia.
Dia mengatakan kemarahan rakyat Moro didasarkan pada nasionalisme, karena tanah mereka diambil dari mereka.
Editor : Eben E. Siadari
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...