Uni Eropa Diingatkan, 1.500 Militan ISIS Kembali ke Eropa
SATUHARAPAN.COM - Sekitar 1.500 dari 5.000 militan Islam asal Eropa yang pergi ke Suriah dan Irak telah kembali ke Eropa. Beberapa dari mereka mungkin diperintah untuk melakukan serangan, demikian laporan Uni Eropa memperingatkan, hari Rabu (7/12).
Sekitar 2.500 militan Islam dari Eropa diperkirakan masih berada di medan perang di kedua negara, tapi untuk kembali bersama dan dalam jangka pendek tampaknya belum mungkin, menurut laporan itu yang dikutip AFP.
Belgia bulan lalu menyatakan keprihatinan bahwa militan Islam yang kembali ke Eropa semakin banyak bersamaan serangan gencar oleh pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat mendorong kelompok militan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di wilayah di Suriah dan Irak.
Laporan itu mengatakan bahwa antara 15 sampai 20 persen dari militan asal Eropa telah tewas di medan perang. Sekitar 30 sampai 35 persen dari mereka telah kembali, dan 50 persen tetap di medan pertempuran. Jumlah itu antara 2.000 dan 2.500 orang dari Eropa.
Sebanyak 1.750 militan mungkin telah kembali, berdasarkan persentase yang tercantum dalam laporan itu yang koordinasi oleh Gilles de Kerchove, dalam laporan kontra-terorisme kepada para menteri dalam negeri anggota Uni Eropa.
Laporan itu mengatakan ada dua jenis "militan teroris asing" yang kembali. "Mereka mayoritas akan kembali, dan dikirim untuk misi tertentu. Itu yang paling memprihatinkan," kata laporan itu memperingatkan.
Dikatakan juga bahwa beberapa perempuan dan anak-anak Eropa yang lahir atau dibesarkan di dalam apa yang disebut khalifah yang dinyatakan oleh ISIS di Irak dan Suriah, bisa menjadi ancaman keamanan, karena mereka mungkin telah dibentuk menjadi radikal.
Tanpa menyebutkan jumlahnya, laporan itu mengatakan bahwa beberapa dari mereka kembali dan telah dinyatakan bersalah. Mereka menjalani hukuman penjara. Sementara yang lain sedang dipantau dan beberapa hidup bebas di komunitas mereka.
Laporan ini mengingat bahwa militan asing yang telah kembali ke Erop, di mana mereka telah melakukan dua serangan, dan sejumlah rencana serangan yang digagalkan. Itu termasuk pembantaian di Paris pada bulan November tahun lalu dan pemboman tahun ini di Brussels pada bulan Maret.
Kedua serangan itu diklaim oleh ISIS, yang juga dikenal sebagai Daesh, singkatan dalam bahasa Arab. "Ada juga kelompok militan dan teroris asing yang signifikan di Libya yang mungkin mencoba untuk menggunakan koneksi kebangsaan atau keluarga mereka untuk kembali ke Eropa," kata laporan itu.
Dikatakan bahwa militan yang kembali tetap berhubungan dengan Daesh di Timur Tengah melalui media sosial. Mereka juga semakin beralih dari penggunaan media mainstream seperti Twitter untuk dienkripsi komunikasi dan pesan satu-satu melalui layanan Telegram.
Editor : Sabar Subekti
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...