Cegah Pencurian Umur, Pelatih Al Ikhlas Terbuka soal Usia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelatih kesebelasan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ikhlas Jakarta, Mudhori mengatakan timnya sangat terbuka terhadap usia pemain yang berlaga di turnamen sepak bola Liga Santri Nusantara (LSN).
Apalagi sejak perdelapan final panitia LSN menggandeng pihak Rumah Sakit Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga (RSON Kemenpora) untuk melakukan pemeriksaan fisik para peserta guna mencegah adanya pesepak bola santri yang berusia di atas 17 tahun yang bertanding.
“Insyaallah lolos (pemeriksaan usia secara forensik, red) karena kita prinsipnya tentang usia pemain nggak ada yang kita tutup tutupin, silakan, kami transparan,” kata Mudhori kepada satuharapan.com setelah dia menyaksikan timnya menggilas Ponpes Ummu Sabri Kendari, Sulawesi Tenggara dengan skor 4-0 pada perdelapan final LSN, hari Sabtu (31/10) di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Mudhori menyebut pihak Ponpes Al Ikhlas telah melakukan pemeriksaan secara internal di pesantren tentang usia pemain.
“Kita udah antisipasi kalau ada yang di atas 17 (tahun, red) entah lebih sehari atau dua hari sudah tidak akan kita ikut sertakan di perempat final,” kata Mudhori.
Mudhori mengaku sudah mendapat masukan dari beberapa pelatih kesebelasan ponpes lainnya tentang usia sehingga dia akan lebih mencermati saran-saran dari pelatih lainnya.
“Kalau screening (pemeriksaan usia secara forensik, red) nggak cukup sejam dua jam, karena screening itu kan pemeriksaan fisik secara menyeluruh,” Mudhori menambahkan.
Pencurian Umur Liga Santri Nusantara
Mulai babak perdelapan final LSN, panitia bekerja sama dengan RSON Kemenpora dan kepolisian menyelenggarakan tes pemeriksaan forensik dalam rangka mencegah pemalsuan usia pesepak bola santri.
Hasilnya pada Rabu (28/10) Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) mengeluarkan rekomendasi sebelum laga Ponpes Al Anwar, Ngawen, Jawa Tengah menghadapi Ponpes Nurul Islam Jember terdapat beberapa pemain Nurul Islam yang memalsukan usia.
“Ada delapan orang (delapan pesepak bola yang berusia di atas 17 tahun, red), jadi untuk Liga Santri ini dari Jember membawa 18 orang pemain, dan mereka (Ponpes Nurul Islam, red) tinggal sepuluh yang bisa main,” kata dokter dari RSON, dr. Hendra, hari Rabu (28/10) di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara Landasan udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Hendra menyebut para pesepak bola tersebut ketahuan berusia lebih dari 17 tahun dari susunan gigi. Atas rekomendasi dari RSON tersebut, delapan pemain Ponpes Nurul Islam yang tidak dia sebutkan namanya tersebut tidak diperbolehkan tampil membela timnya.
Dalam kesempatan terpisah, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berjanji menindak tegas pelaku pencurian umur di turnamen sepak bola Liga Santri Nusantara (LSN), namun Kemenpora meminta data faktual kebenaran pencurian umur tersebut.
“Di cabang (cabang olahraga, red) apa pun kalau sudah ada indikasi ndak sportif, akan kita tindak artinya kita akan tindak pelaku. Toh itu (menindak pelaku, red) sekarang bukan sesuatu yang sulit,” kata Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora Djoko Pekik Irianto kepada satuharapan.com setelah acara pembukaan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Catur ke-45 Tahun 2015, hari Rabu (28/10) di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.
“Aturan-aturan akan kita tegakkan kalau bisa diskualifikasi, tapi datanya harus faktual dan akurat,” Djoko menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...