Cegah Penyebaran Virus Corona, Kelelawar Tidak Harus Dimusnahkan
CIBINONG, SATUHARAPAN.COM – Ditetapkannya wabah COVID-19 sebagai pandemik global oleh WHO, berimbas pada kebijakan-kebijakan pemerintah daerah di Indonesia dalam penangananan virus, yang penyebaraannya bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok.
Beberapa pemerintah daerah, melakukan pemusnahan ratusan ekor kelelawar jenis kalong dan codot. Mamalia terbang itu dikhawatirkan menjadi binatang pembawa (vector) virus COVID-19.
Apakah Langkah Ini Tepat?
Penelitian terbaru dan analisis genomik mengenai virus COVID-19 menjelaskan, transmisi utama terjadi dari manusia ke manusia.
“Perdagangan satwa liar di Wuhan, Tiongkok, yang tidak diregulasi dan sering kali ilegal adalah hal yang menyebabkan kemunculan dan persebaran virus COVID-19,” kata Sigit Wiantoro, peneliti biosistematika vertebrata Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Cibinong, Jawa Barat pada Rabu (18/3).
Sigit menjelaskan, pasar satwa liar merupakan tempat hewan dibawa oleh manusia dalam keadaan stres tinggi, dengan fisiologi yang melemah setelah dipindahkan dari alam liar.
Sigit mengatakan, tidak mengganggu dan merusak satwa liar dan habitat alaminya adalah solusi yang lebih tepat untuk mencegah terjadinya wabah virus di kemudian hari.
Dia mencontohkan, upaya pembasmian kelelawar di Amerika Selatan untuk mengontrol rabies, tidak berhasil.
“Justru perubahan ekosistem yang disebabkan oleh manusialah yang menjadi penyebab utama kemunculan penyakit- penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia,” kata Sigit.
Peran Kelelawar di Ekosistem
Kelelawar sangat penting bagi ekosistem dan kehidupan manusia. Kelelawar pemakan buah memiliki peran penting sebagai penyerbuk bunga.
“Kelelawar pemakan serangga berperan dalam pengendalian hama di lahan pertanian dan perkebunan, selain itu juga berfungsi sebagai pengendali populasi serangga yang berpotensi sebagai vektor penyakit, misalnya nyamuk,” kata Sigit.
Ia menjelaskan, kelelawar juga merupakan bagian penting dari ekosistem hutan sebagai penyebar biji, yang kemudian tumbuh menjadi pohon-pohon baru penyedia oksigen bagi manusia.
“Menjaga populasi kelelawar yang sehat dengan tidak mengganggu dan tidak membasminya, merupakan salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit serta menjaga keseimbangan ekosistem,” kata Sigit. (lipi.go.id)
Seluruh Pengurus PGI Periode 2024-2029 Dilantik dalam Ibadah...
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Majelis Pekerja Harian (MPH), Badan Pengawas (BP), Majelis Pertimbangan (MP)...