Chevron Tak akan Perpanjang Kontrak Blok Migas di RI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Perusahaan energi raksasa AS, mengatakan pada hari Selasa (19/1), bahwa Chevron tidak akan memperpanjang kontrak untuk mengoperasikan blok minyak dan gas Kalimantan Timur di Indonesia, karena jatuhnya harga minyak mentah memukul produsen di seluruh dunia.
Keputusan terbaru tersebut merupakan serangkaian pembatasan produksi dan pemotongan aset oleh perusahaan minyak dan gas di Indonesia, untuk pulih dari harga minyak mentah yang anjlok ke level terendah 13-tahun pada hari Senin.
Bulan lalu, Chevron, produsen teratas minyak mentah Indonesia, juga mengungkapkan rencana untuk menjual sahamnya, yakni blok migas South Natuna Sea Block B.
"(Chevron) tidak akan mengusulkan untuk memperpanjang kontrak bagi hasil Kalimantan Timur," kata Direktur Unit Chevron IndoAsia Business, Chuck Taylor dalam sebuah pernyataan email sebagaimana dikutip Reuters.
Dia menambahkan bahwa perusahaan akan mengembalikan aset kepada pemerintah pada bulan Oktober 2018 dan bahwa keputusan tidak akan mempengaruhi Chevron "mengejar proyek-proyek strategis" seperti pengembangan gas alam laut di Indonesia.
Blok Kalimantan Timur saat ini memasok hingga 70 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) gas ke pabrik gas alam cair Bontang Indonesia dan 20.000 barel minyak mentah per hari ke kilang Balikpapan, kata juru bicara perusahaan kepada Reuters.
Sementara itu, Elan Biantoro, juru bicara SKKMigas, mengatakan pemerintah menyadari keputusan Chevron untuk melepaskan blok Kalimantan Timur. “Pemerintah sedang mengkaji apakah untuk tender blok lagi atau menyerahkannya ke perusahaan energi milik negara, Pertamina,” kata Biantoro.
Chevron telah beroperasi di blok Kalimantan Timur selama hampir 50 tahun, dan produksi telah "menipis", kata Biantoro.
"Mereka juga khawatir tentang apa yang terjadi di blok Mahakam," kata dia, mengacu pada alasan keputusan Chevron.
Blok Mahakam, lapangan gas yang puncak kapasitas produksinya tercapai saat dioperasikan oleh Total, akan diserahkan kepada Pertamina setelah masa kontrak Total selesai pada 2017.
Tahun lalu, ExxonMobil dan BP, menyerahkan kembali blok eksplorasinya kepada Indonesia, sementara perusahaan minyak dan gas independen Swedia Lundin Petroleum mengatakan akan pindah ke luar negeri.
Menurut SKK Migas, perusahaan minyak dan gas Indonesia menargetkan penurunan 2 persen dalam produksi rata-rata harian menjadi 1.944.000 barel setara minyak per hari (boepd) pada tahun 2016, dari sekitar 1,981 boepd pada tahun 2015.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...