China Libatkan Warganya untuk Kontraspionase
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - China mesti mendorong warga negaranya turut serta dalam tugas kontraspionase, termasuk membuat saluran bagi individu yang ingin melaporkan aktivitas mencurigakan, dan memuji dan memberikan penghargaan kepada mereka, kata kementerian keamanan China pada Selasa (1/8).
Sebuah sistem yang membuat "normal" bagi massa berpartisipasi dalam kontraspionase perlu dibentuk, tulis Kementerian Keamanan Negara, yang merupakan badan utama yang memantau intelijen asing dan antispionase, dalam postingan pertamanya dalam WeChat, yang mulai aktif sejak Senin (31/7).
Seruan memopulerkan kerja antispionase dalam masyarakat itu muncul setelah aturan kontraspionase yang diperluas, berlaku mulai Juli.
Undang-undang yang melarang pengiriman informasi keamanan dan kepentingan nasional yang tidak dipaparkan jelas itu membuat Amerika Serikat khawatir.
Amerika Serikat mengatakan perusahaan-perusahaan asing di China bisa dihukum karena kegiatan bisnis rutinnya.
UU yang sudah direvisi itu juga membuat pemerintah bisa menggelar penyelidikan antispionase demi memperoleh akses ke data, peralatan elektronik, dan informasi mengenai kepemilikan pribadi.
Keamanan politik menjadi prioritas utama dalam keamanan nasional, dan "inti" keamanan nasional adalah keamanan sistem politik China, tulis Menteri Keamanan Negara Chen Yixin dalam artikel sebuah majalah hukum di China pada Juli.
"Hal paling mendasar adalah menjaga kepemimpinan dan posisi penguasa Partai Komunis China dan sistem sosialis berkarakteristik China," kata Chen.
Dalam beberapa tahun terakhir, China menangkap dan menahan puluhan warganya dan berkebangsaan asing atas dugaan spionase, termasuk seorang eksekutif perusahaan produsen obat Jepang Astellas Pharma pada Maret.
Wartawan Australia Cheng Lei, yang dituduh China membocorkan rahasia negara ke pihak negara lain, ditahan sejak September 2020.
Pengumuman China yang menyatakan negara itu terancam mata-mata tersebut disampaikan setelah negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menuding China melakukan spionase dan serangan siber. Tudingan Barat itu dibantah oleh Beijing.
Amerika Serikat itu sendiri adalah "kekaisaran peretasan," kata juru bicara China.
Guna melindungi diri dari spionase, China perlu partisipasi dari masyarakatnya dalam membangun garis pertahanan, tulis kementerian keamanan negara dalam postingan WeChat. Reuters
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...