China Ubah Karakter Alkitab Pakai Ikonis China Kuno
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah China menuntut gereja Protestan yang disetujui negara untuk menggunakan karya seni yang menggambarkan karakter alkitabiah sebagai pria dan wanita China kuno.
Menurut bitterwinter.org, majalah Tian Feng (Heavenly Wind) diterbitkan setiap bulan oleh Komite Nasional Gerakan Patriotik Tiga Pendirian (Three-Self Patriotic Movement) dan Dewan Kristen China.
Sejak awal tahun, sampul majalah Tian Feng telah menampilkan ilustrasi alkitabiah "sinisisasi" Yesus dengan karakter China kuno dalam suasana pemandangan China.
Sinisisasi atau hanisasi merupakan suatu proses di mana masyarakat non-Tionghoa berada di bawah pengaruh budaya Tionghoa, khususnya budaya dan norma-norma kemasyarakatan Tionghoa Han.
Bitter Winter memperingatkan bahwa ikonisasi 'inkulturasi' tradisional "melampaui" yang dipraktikkan oleh Katolik dan beberapa misionaris lainnya.
Sebagai contoh, Maria “dipersonifikasikan sebagai seorang wanita China kuno,” dan ketika Yesus berbicara dengan orang banyak saat memberi makan mereka dari mukjizat lima roti dan dua ikan, ditunjukkan dengan karakter yang “digambarkan dengan rambut mereka diikat dengan sanggul tradisional China.” Selain itu, Yesus ditunjukkan mengenakan pakaian tradisional Han.
Seorang Kristen berusia 70 tahun dari provinsi Qinghai, yang tidak disebutkan identitasnya mengatakan kepada Bitter Winter bahwa pemerintah Komunis "selalu berbicara tentang de-Westernisasi" dan "tidak membiarkan orang-orang Tionghoa percaya pada Tuhan orang asing."
“Tetapi saya tidak pernah berharap bahwa Tuhan Yesus dan orang-orang kudus selama berabad-abad akan berubah menjadi orang-orang China,” kata orang tua Kristen itu seperti dilansir dari christianpost.com, hari Rabu (6/11).
“Mataku membelalak ketika aku melihat Maria dengan rambutnya diikat disanggul seperti wanita China kuno. Ini sangat aneh," katanya lagi.
Sinisisasi Alkitab di China melampaui pencitraan. Heavenly Wind edisi Juli memuat grafik yang membandingkan bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci dengan ajaran sebuah buku yang ditulis oleh filsuf China Zhu Bolu (1617-1688).
Misalnya, ayat Alkitab, “Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita (Amsal 14:21), dikatakan mirip dengan pepatah Konfusianisme, “Tidak ada yang lebih memalukan selain cemburu pada kekayaan dan kekuatan orang lain; tidak ada yang lebih rendah daripada memandang rendah orang miskin.”
"Ini seperti membunuh seseorang dengan pisau yang tak terlihat," kata seorang pengkhotbah kepada Bitter Winter.
“Selama Revolusi Kebudayaan, jika Anda percaya pada Yesus, Partai Komunis akan menangkap Anda dan membunuh Anda di tempat terbuka. Sekarang, rezim secara bertahap memutarbalikkan doktrin Kristen secara rahasia.”
Menurut Bitter Winter, majalah Heavenly Wind "selalu menjadi indikator yang baik tentang keadaan 'resmi' Kristen di China."
Orang-orang Kristen di negara itu khawatir bahwa pemerintah menggunakan budaya tradisional China untuk "menggantikan Alkitab dan mengubah ajaran Alkitab.
Pada tahun 2016, Presiden dan pemimpin Partai Komunis Xi Jinping memerintahkan sinisisasi semua agama untuk memastikan mereka setia kepada partai ateis resmi.
Sejak itu, dalam upaya untuk membebaskan agama dari pengaruh asing yang dirasakan, para pejabat China telah menutup gereja, menangkap jemaat, dan dilaporkan berupaya menulis ulang Alkitab.
Pada bulan September, dilaporkan bahwa para pejabat pemerintah China menuntut agar pendeta yang berafiliasi dengan Gerakan Patriotik Tiga Pendirian di kota Yuzhou mendasarkan khotbah-khotbah mereka pada sebuah buku yang memadukan ajaran-ajaran Alkitab dengan ajaran-ajaran Konfusius.
Seorang pendeta dari daerah Yuzhou memperingatkan bahwa beberapa argumen dalam buku itu sepenuhnya salah mengartikan beberapa ajaran dalam Alkitab.
Pada bulan Juni lalu, beberapa gereja Three-Self di kota Qingdao di provinsi Shandong diperintahkan oleh Biro Urusan Agama untuk menyanyikan lagu-lagu patriotik baru yang ditulis oleh dewan Kristen yang disetujui negara bukannya lagu-lagu ibadah tradisional.
Bait-bait refrain dari salah satu nyanyian pujian itu berbunyi: “China itu indah; China luar biasa; putra dan putri China mencintai China. ... Berkatilah China, ya Tuhan. ”
Sebuah kelompok misi Kristen non-denominasi yang menolong orang-orang Kristen yang hidup di bawah penindasan atau menghadapi penganiayaan karena iman mereka di dalam Yesus Kristus, Open Doors USA, memberi peringkat China nomor 27 dalam daftar World Watch List of Countries di mana orang-orang Kristen menghadapi penganiayaan paling parah karena iman mereka.
Open Doors memperingatkan dalam laporannya bahwa "meningkatnya kekuasaan pemerintah dan pemerintahan Presiden Xi Jinping terus membuat ibadah secara terbuka menjadi sulit di beberapa bagian negara itu."
Ilustrasi karya seni yang menggambarkan karakter alkitabiah sebagai pria dan wanita China kuno dapat dilihat dengan membuka link ini Majalah Gereja Protestan China.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...