Cina dan Prancis Tandatangani Perjanjian Kerjasama Ekonomi
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – China dan Prancis menandatangani perjanjian kerjasama antara kedua negara, di luar sektor energi nuklir dan pertambangan pada Jumat (26/4) di ibukota China, Beijing. China diwakili oleh Perdana Mentri, Li Keqiang, sedangkan Prancis diwakili oleh Presiden Prancis, Francois Hollande.
Selain penandatanganan perjanjian tersebut, China membeli 60 pesawat dari Prancis berbasis Airbus. Perjanjian ini juga termasuk transaksi-transaksi dalam industri energi nuklir. Kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama di sektor-sektor seperti perlindungan lingkungan, pembangunan berkelanjutan perkotaan dan keamanan pangan. Hal tersebut dibahas selama kunjungan Presiden Prancis, Francois Hollande ke China.
Perjanjian ini dilakukan untuk membantu meringankan ketidakseimbangan perdagangan terus-menerus antara kedua negara. China akan menjadi pasar yang besar untuk produk-produk dan teknologi canggih Prancis, kata Ketua China Institute of International Studies, Qu Xing.
Saat ini China adalah mitra dagang terbesar Prancis di Asia, sementara Prancis adalah negara terbesar keempat di wilayah Eropa bagi China. Pada 2012, perdagangan dua arah sebesar 51,02 miliar US dolar, dengan defisit 2,8 miliar US dolar pada Prancis.
Untuk mengoreksi ketidakseimbangan ini dilakukan dengan cara meningkatkan investasi dan ekspor, kata Hollande.
Qu mengatakan urbanisasi berkelanjutan China dan penekanan pada konsumsi domestik merupakan kesempatan baik bagi Prancis untuk meningkatkan ekspor ke negara tersebut.
Sebelumnya pada bulan Januari, Perdana Menteri Li Keqiang bersama wakilnya mengunjungi Menteri Ekonomi dan Keuangan Prancis, Pierre Moscovicivice. Mereka mengatakan bahwa China berharap bisa bekerja lebih erat dengan Prancis dan negara-negara Eropa lainnya, terutama dalam ide-ide, teknologi dan pasar dalam inisiatif urbanisasi negara.
Pada forum tersebut, Presiden Xi Jinping menekankan bahwa China bersedia untuk mengimpor lebih banyak produk Prancis dan menyatakan harapan bahwa Prancis akan membantu mendesak Uni Eropa untuk mengendurkan pembatasan ekspor produk teknologi tinggi ke China. Kedua belah pihak sepakat untuk menentang proteksionisme dan menciptakan wadah untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi.
"Perdagangan dan kerjasama ekonomi antara China dan Prancis saling menguntungkan. China membutuhkan Prancis dalam urbanisasi dan Prancis membutuhkan pasar China," kata Qu, seperti dikutip kantor berita Xinhua. Dia mengharapkan ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara untuk terus dipersempit sehingga tercapai penguatan kerjasama.
Editor : Sabar Subekti
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...