Cincau Rambat, Asupan Sehat bagi Penderita Hipertensi
SATUHARAPAN.COM – Ada banyak tumbuhan penghasil cincau. Salah satu di antaranya yang sangat populer adalah cincau hijau, yang diolah dari tumbuhan cincau rambat.
Profesor taksonomi Kattungal Subramaniam Manilal dan ahli morfologi dan taksonomi Dr T Sabu, dari Departemen Botani, Universitas Calicut, Calicut, India, dalam studinya yang dimuat dalam jurnal National Center for Biotechnology Information, ncbi.nlm.nih.gov pada 1984, menyebutkan Malaysia, Indonesia, Burma (Myanmar), Siam (Thailand), Vietnam, Kamboja, dan Assam di India adalah daerah penyebaran cincau rambat.
Karya tulis itu diluncurkannya seiring dengan penemuan tumbuhan bernama ilmiah Cyclea barbata, Miers, dari famili Menispermaceae itu, untuk pertama kali, di wilayah selatan India, tepatnya di kawasan hutan Silent Valley, di Kerala. Mengutip studi yang dilakukan L.L. Forman pada 1960, kedua ahli itu menyebutkan cincau rambat adalah tumbuhan yang dimanfaatkan untuk obat di Jawa, untuk mengobati sakit perut dan obat penangkal demam.
Di Indonesia, cicau rambat dikenal juga dengan nama camcau, camcauh, cau, dan tahulu. Situs agrobisnisinfo.com menyebutkan nama daerah lain, yakni juju, tarawalu, dan kepleng. Di kalangan warga Melayu, penyebutannya sedikit berbeda, cincao.
Cincau hijau rambat adalah tumbuhan perdu merambat dengan cara membelit, berakar tunggang berwarna cokelat.
Batangnya berkayu, bulat, berdiameter sekitar 1 cm, terdapat tonjolan bekas daun, dan berwarna hijau tua.
Daunnya berbulu halus, bertepi rata, berbentuk jantung dengan ujungnya runcing, pangkal tumpul, berwarna hijau, panjang dan lebar daun sekitar 10 cm.
Bunganya berkelopak, mirip corong. Kelopaknya berwarna hijau, mahkota bunga kecil, berwarna putih, dan berukuran kecil. Cincau rambat selalu berumah dua. Bunga jantan dan betina berada di dua tanaman berbeda. Bunga jantan maupun betina berupa kelompok pada malai kecil yang tumbuh menggantung dari bekas ketiak daun (ruas batang).
Buahnya berupa beri yang berkelompok dengan butiran lonjong ukuran 0,5 cm. Ketika muda, buah berwarna hijau dan menjadi putih kecokelatan ketika masak. Di dalam buah ini ada biji berwarna hitam yang bisa disemai.
Cincau sering ditemukan sebagai tumbuhan liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah. Tumbuhan ini berkembang subur di dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, di tanah yang gembur dengan kadar keasaman 5,5 sampai 6,5 dengan lingkungan teduh, lembab, dan berair tanah dangkal.
Referensi lain menyebutkan cincau tumbuh hingga di ketinggian di atas 1.100 meter di atas permukaan laut.
Manfaat dan Khasiat Cincau Rambat
Kata cincau, dari berbagai referensi, disebutkan berasal dari dialek Hokkian sienchau (xiancao), yang lazim dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Kandungan kimia cincau rambat, mengutip dari agrobisnisinfo.com, adalah karbohidrat, zat lemak, alkaloid siklein, kardioplegikum, polifenol, saponoid, flavonoid, tentradin, dan dimetil tenradin.
Mengutip dari phantomivee.blogspot.co.id, daun cincau yang dapat dipanen adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pemetikan dilakukan dengan memperhatikan kondisi tanaman bersangkutan, dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan dari saat tanam.
Pemanenan pertama dilakukan dengan cara memotong sebagian tanaman menggunakan sabit sehingga bagian yang tertinggal dapat tumbuh kembali. Sedangkan pada pemanenan yang kedua, semua tanaman dicabut sampai ke akar-akarnya. Panen terbaik, seperti dikutip dari karya tulis Prof Dr Made Astawan, ahli teknologi pangan dan gizi IPB, dapat dilakukan pada bulan ketujuh setelah tanam.
Di Indonesia, mengutip sumber repository.ipb.ac.id, cincau hijau termasuk dalam daftar plasma nutfah dan merupakan tanaman obat yang menjadi koleksi di kebun percobaan Balittro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). Secara tradisional, ttumbuhan ini digunakan sebagai obat penurun panas (antipiretic), obat radang lambung, rasa mual, dan penurun tekanan darah tinggi.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa ekstrak alkaloid tertentu dari akar cincau hijau mempunyai aktivitas sitotoksik. Tim peneliti dari IPB melaksanakan penelitian untuk mengkaji secara in vitro komponen imunostimulan dari ekstrak cincau hijau khususnya terhadap proliferasi sel limfosit.
Jauh sebelumnya, menurut phantomivee.blogspot.co.id, penelitian khasiat cincau untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi dilakukan pada tahun 1966 oleh Prof Dr Sardjito, Dr Rajiman, dan Dr Bambang Suwitho dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan pasien mengalami penurunan tekanan darah secara signifikan setelah mengonsumsi secara teratur air perasan daun cincau segar.
Selain itu kandungan serat di dalam cincau juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam gel cincau.
Melihat angka itu, berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur mayur sehari-hari bisa memadai untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 gram, sehingga bisa membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Sementara itu kalori yang terkandung di dalamnya adalah 122 kalori dan protein sebesar 6 gram.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...