Gambas, Sayuran Potensial yang Belum Dapat Perhatian
SATUHARAPAN.COM – Gambas, atau oyong, di negeri ini masih dianggap komoditi sayuran minor. Dipetik buahnya sebelum tua, untuk dimasak sayur bening dicampur dengan bayam, atau dimasak sup dengan campuran misoa dan wortel, atau juga ditumis. Selain buah mudanya, daun muda dan kuncup bunganya juga acap dimanfaatkan sebagai sayuran.
Namun, gambas atau oyong ternyata masuk dalam daftar tumbuhan obat asli Indonesia menurut A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia (1967), juga dalam buku Rangkuman Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat Latin-Indonesia terbitan Merapi Farma Herbal. Plant Resources of Tropical Asia bahkan menyebutkan gambas atau oyong sejak lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional di benua itu.
Sastroamidjojo menyebutkan keseluruhan bagian tumbuhan gambas bersifat tonikum dan diurektikum, sementara buah yang matang bersifat laxans, sebagai obat pencahar. Getah daunnya, secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat luar, untuk borok ataupun luka gigitan binatang berbisa.
Studi Kusmana, Redy Gaswanto, Rinda Kirana, dan Iteu M Hidayat seperti dapat dibaca dalam hortikultura.litbang.pertanian.go.id, menyebutkan daerah asal gambas adalah India. Tanaman ini kemudian beradaptasi di daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Data Plant Resources of Tropical Africa menyebutkan dari daerah asalnya, gambas menyebar ke Afrika Barat, dari Sierra Leone hingga Nigeria. Gambas dibudidayakan mulai dari kawasan pesisir pantai hingga savanna semikering seperti Sierra Leone, Pantai Gading, Ghana, Benin, hingga Nigeria. Di wilayah timur Afrika, gambas hanya dibudidayakan terbatas di dekat kota-kota besar dan dianggap sebagai tanaman eksotik asal Asia. Gambas juga dibudidayakan di Madagaskar, Réunion, dan Mauritius.
Nama ilmiahgambas adalah Luffa acutangula, (L.) Roxb, berasal dari suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Dalam bahasa Inggris, menurut Wikipedia, tumbuhan ini dikenal dengan nama angled luffa, Chinese okra, dish cloth gourd, ridged gourd, sponge gourd, vegetable gourd, strainer vine, ribbed loofah, silky gourd, ridged gourd, silk gourd, dan sinkwa towelsponge.
Di daerah penyebarannya, tumbuhan ini memiliki aneka nama lokal, seperti bju da, boun loun (Burma), patola (Tagalog/Filipina), mark noy (Laos), muop khia (Vietnam), buap liyam (Thailand), sin qua, sing kwa, sze gwa, sigwa (Kanton), petola segi (Malaysia), ito uri, tokado hechima (Jepang).
Di daerah asalnya, India, namanya pun beraneka ragam, seperti zika (Assam), jhingge atau jhinga (Bengali), torai, turai (Hindi), turiya (Gujarati), heere kayi (Kannada), peerkangai (Tamil), beera kaaya (Telugu), dodaki (Marathi), peechinga (Malayalam), watakolu (Sinhalese).
Gambas atau oyong, mengutip dari Wikipedia, adalah tumbuhan merambat, yang membutuhkan iklim panas untuk pertumbuhannya, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim. Lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman gambas adalah di daerah yang bersuhu 18–24 derajat celsius, dan kelembaban 50-60 persen.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai pH 5,5–6,8. Tanah yang paling ideal bagi budidaya gambas adalah jenis tanah liat berpasir, misalnya tanah latosol, aluvial, dan podsolik merah kuning. Gambas mulai dapat dipanen pada umur 2 bulan.
Daun gambas, menurut deskripsi Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia (1967), bergigi tidak teratur.
Bunganya besar, berwarna kuning. Bunga ujantan di dalam tandan bertangkai panjang, sementara benangsarinya terletak pada pangkalnya bersatu.
Buah gambas berbentuk gada atau silindir, beruang tiga, berigi panjang. Dalam buah yang tua terdapat jaringan seperti jala yang berserabut banyak.
Manfaat dan Khasiat Gambas
Bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran adalah buah muda, pucuk daun, dan bakal bunga. Studi Kusmana, Redy Gaswanto, Rinda Kirana, dan Iteu M Hidayat yang dimuat hortikultura.litbang.pertanian.go.id, menyebutkan dalam 100 g buah muda terkandung 93 g air, 0.6-1.2 g protein, 0.2 g lemak, 4-4.9 g karbohidrat, 16-20 mg Ca, 0.4-0.6 mg Fe, 24-32 mg P, 45-410 IU vitamin A, 0.04-0.05 mg vitamin B1, 0.02-0.06 mg vitamin B2, 0.3-0.4 mg niacin, 7-12 mg vitamin C dengan total energi sebesar 85 kJ.
Gambas atau oyong, dipercaya bisa menurunkan kadar gula darah, yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat sebelum naik haji. Wikipedia menyebutkan, manfaat ini didapat dari kandungan cucurbitasin di dalam bijinya.
Tak hanya berkhasiat bagi diabetes, Wikipedia menyebutkan gambas atau oyong dapat menyembuhkan penyakit semisal radang usus, asma, hingga meningkatkan air susu ibu (ASI).
Gambas juga dikonsumsi untuk mencegah pilek, meredakan radang sendi, nyeri otot, serta menormalkan siklus menstruasi. Daging buahnya bisa digosokkan ke kulit untuk membuang sel mati. Namun, manfaat ini belum diteliti terlalu jauh.
Buah tua tidak dapat dimakan karena sangat pahit dan keras. Dari buah yang dibiarkan tua, dapat diambil seratnya untuk spons (alat gosok) alami.
Data dari Plant Resources of Tropical Africa menyebutkan di beberapa bagian di Afrika Barat, ekstrak daun gambas dimanfaatkan untuk mengobati luka yang disebabkan oleh cacing. Getah daunnya bahkan secara tradisional digunakan sebagai pencuci mata untuk mengobati radang mata.
Buah dan biji gambas di daerah tertentu di Afrika dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk berbagai penyakit, termasuk penyakit kelamin. Di Mauritius, biji gambas dimanfaatkan untuk mengobati cacingan, sementara daunnya dimanfaatkan sebagai obat kulit, seperti eksema.
Berbeda dengan di Indonesia yang masih menganggap gambas sebagai komoditi sayuran minor, Thailand sudah mengekspor gambas ke beberapa negara Eropa untuk komunitas warga Asia yang menetap di Eropa. Serat dari buah tua dari gambas jenis tertentu, ternyata juga menjadi komoditi ekspor yang menjanjikan.
Serat buah tua gambas dimanfaatkan sebagai penyaring minuman keras lokal seperti arak palem. Spons gambas ini di beberapa negara di Afrika, biasa dijual di pasar-pasar, bahkan di pasar swalayan.
Serat dari jenis gambas tertentu ini di beberapa negara sudah menjadi bahan baku industri untuk pembuatan topi. Jepang dan Brasil, contohnya, adalah pengekspor loofah sponges untuk Amerika Serikat.
Editor : Sotyati
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...