CORE Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 4,8 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2016 sebesar 4,8 persen atau di bawah 5 persen.
“Proyeksi tentang Q1 (quarter), secara resmi CORE belum mengeluarkan karena memang belum sampai Maret belum seselai. Tapi kalau bertanya, saya sendiri (memproyeksikan) di kuartal satu ini - kalau lihat dari sumber-sumber pertumbuhannya - sepertinya tidak (atau) belum sampai lima persen,” kata Mohammad Faisal dalam acara CORE Media Discussion,"Menakar Alternatif Kebijakan Fiskal, Menahan Perlambatan Ekonomi," di Jakarta, hari Selasa (29/3).
“Kalau kita melihat dari kuartal satu sampai kuartal empat, (biasanya) kuartal satu paling rendah (sedangkan) paling tinggi biasanya di kuartal empat. Jadi kalau saya prediksikan sekitar 4,8-4,9 persen saya pikir sudah bagus,” dia menambahkan.
Menurut Faisal, ada dua hal utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2016 ini, yakni satu, investasi dan kedua, konsumsi karena porsinya besar dan juga penting.
“Untuk kuartal satu, investasi yang masuk, saya pikir itu paling mendorong paling kuat. Yang kedua, dari konsumsi, saya pikir dari konsumsi ini kalau kita lihat daripada inflasi yang akhir dalam tiga bulan terakhir dan juga tahun lalu salah satu proksinya sudah mulai tumbuh dari sisi konsumsi masyarakat,” katanya.
“Government spending (belanja pemerintah) belum di kuartal satu, ekpor impor belum. Jadi makanya dari kuartal satu ini, saya perkirakan secara pribadi belum sampai lima persen,” dia menegaskan.
Sementara itu, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi bisa melebihi 5,1 persen pada triwulan I 2016 dipicu stimulus dari percepatan realisasi anggaran pemerintah sejak awal tahun dan pemulihan konsumsi rumah tangga.
Bank sentral melihat perbaikan signifikan dari realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, terutama untuk realisasi pagu belanja modal yang meningkat tiga kali lipat dibanding periode sama di 2015, kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, di Jakarta, hari Kamis pekan lalu.
Manfaat dari stimulus belanja fiskal tersebut juga sudah timbul sejak percepatan realisasi anggaran pada triwulan IV 2015.
"Belanja modal sampai akhir Februari meningkat 300 persen (yoy) dibanding 2015, sedangkan belanja barang juga naik pesat. Ini jadi salah satu penopang pertumbuhan di triwulan I," ujarnya.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...