CRE, Si Bakteri Mematikan
WASHINGTON - Bakteri mematikan yang juga kebal antibiotik sedang mewabah di Amerika Serikat. CRE atau Carbapenem-resistant Enterobacteriaceae menyerang penderitanya melalui infeksi di saluran pencernaan.
Saat ini, kalangan dokter dan rumah sakit tengah mengambil tindakan cepat untuk melindungi para pasien dari penyebaran infeksi bakteri mematikan ini. Seperti dikatakan oleh Direktur Center for Disease Control and Prevention (CDC), Tom Freiden, tim dokter dari rumah sakit dan lembaga-lembaga kesehatan public sedang mempersiapkan strategi pencegahan serangan bakteri CRE.
“Kehebatan” bakteri ini adalah, ia mampu mentransfer kekebalan terhadap antibiotik kepada bakteri lain yang ada dalam system pencernaan seseorang. Bakteri CRE tidak menyerang seseorang yang dalam keadaan sehat. Mereka menyerang orang-orang yang kerap menggunakan mesin atau alat pernapasan bantuan, alat bantu saluran kencing dan jaringan pembuluh darah, terutama sekali mereka yang rutin mengonsumsi antibiotik tertentu.
Oleh karena itulah, sejauh ini bakteri CRE masih hanya ditemukan di lingkungan rumah sakit dan rumah-rumah perawatan.
Seperti dirilis pihak CDC, pada pertengahan tahun pertama 2012, setidaknya ada 200 rumah sakit melaporkan adanya pasien yang terserang CDC. Bakteri ini menyebar dari orang ke orang, biasanya melalui sentuhan tangan. Carrier virus ini kebanyakan adalah para pekerja medis dan mereka berpotensi membawa virus ini dari fasilitas satu ke fasilitas lainnya di rumah sakit.
"Kami telah melihat pencegahan dan penanganan yang telah dilakukan oleh berbagai instansi dengan mengikuti pedoman dari CDC, dan CRE terbukti masih bisa dikendalikan, bahkan dihentikan,” kata Direktur Divisi Promosi Kualitas Perawatan Kesehatan CDC, Michael Bell.
"Sebagai institusi pelayanan kesehatan terpercaya, hal ini tentu menjadi tanggungjawab mutlak kami."
Anjuran dari CDC termasuk; mengelompokkan pasien CRE, menempatkan staf serta peralatan khusus pasien CRE, dan mengimplementasikan sistem peringatan ketika pasien CRE dipindahkan ke fasilitas berbeda di rumah sakit.
Seperti dilansir USA Today, ahli gejala infeksi dan epidemiologis dari Sistem Kesehatan University of Virginia, Costi Sifri mengatakan, ketika antibiotik tidak lagi berfungsi, para dokter akan mencari metode pengobatan lain, termasuk tindak pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi.
Negara ini bisa jadi sedang memasuki awal "era pasca-antibiotik," kata Sifri.
Indonesia Kirimkan Bantuan 2,7 Juta Dosis Vaksin Polio bOPV ...
YANGON, SATUHARAPAN.COM- Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan berupa 2,7 juta dosis vaksin Polio...