CReco Research: Tingkat Kepercayaan Investor Masih Rendah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pengamat ekonomi, Raden Pardede, menyatakan hingga saat ini tingkat kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia masih rendah. Menurutnya, rendahnya kepercayaan itu karena masih banyaknya korupsi dan pungutan liar yang terjadi di badan pemerintahan.
“Masih banyak keraguan pada pemerintah soal korupsi dan pungutan liar. Keyakinan consumer terhadap keadaan sembilan bulan ke depan pada September tahun ini belum pulih betul dibandingkan tahun sebelumnya. Keyakinan consumer terhadap masa depan belum pulih betul. Bisnis sentimen ternyata lebih turun dibanding indeks consumer tadi. Ini membuat investor menunggu untuk berinvestasi di Indonesia,” kata dia dalam Asian Insights Conference 2015 di Jakarta Selatan, hari Selasa (24/11).
Begitu pula yang terjadi pada kredit perbankan. Menurutnya, walaupun permintaan terhadap kredit perbankan akhir-akhir ini kembali naik seiring dengan menguatnya rupiah, namun permintaan kredit masih tetap melemah bila dibandingkan dengan tahun 2014.
Selain itu, faktor eksternal juga ikut mempengaruhi kepercayaan investor dalam berinvestasi. Misalnya, ketidakpastian bank sentral AS The Fed dalam menaikkan suku bunga.
“Kalau kita lihat policy di dunia ini bergerak nggak sinkron. Negara-negara seperti Jepang dan Eropa akan terus melakukan quantitative easing, cenderung akan mem-flat-kan likuiditas. Padahal Amerika kemungkinan akan naik. Ini nggak sinkron. Ini yg bikin flows dari capital itu bisa bergerak ke Amerika. Ini kenapa juga yang bikin USD menguat.”
Kemudian, proses pemulihan moneter di AS pun belum menguat secara signifikan. Hal inilah yang membuat The Fed masih ragu untuk menaikkan suku bunga.
“Jelas sekarang nggak mungkin turunkan lagi karena suku bunga di negara-negara maju itu disebut hampir nol. Itu zero bond interest rate. Mau diturunkan ke mana lagi? Kemungkinannya naik,” kata dia.
Implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Harus Sinkron
Dalam kesempatan yang sama, Raden mengapresiasi pemerintah yang mulai membuka diri dengan membuat paket kebijakan ekonomi. Namun, untuk membangun kepercayaan investor tidak hanya sampai di situ. Implementasi paket kebijakan ekonomi juga harus diperhatikan.
“Problemnya adalah implementasinya. Nah, masalahnya adalah institusi. Kelembagaan Indonesia dalam implementasi masih tidak efektif. Di satu sisi berbuat sesuatu, di sisi lain nggak mampu berbuat itu. Administrasi publik buruk. Sekarang birokrasi kita sudah kayak NGO. Nggak sinkron antara bawahan dan atasan, misalnya,” kata dia.
"A kata presiden, bisa C kata gubernur.”
Menurutnya, meskipun dalam paket kebijakan ekonomi masih belum kokoh, namun arah untuk membangun kepercayaan pasar sudah mulai benar. Jika implementasi paket kebijakan ekonomi ini benar-benar dilakukan dengan baik maka bisa dipastikan investor akan mulai membuka hatinya untuk berinvestasi di Indonesia.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...