Dahlan: Dirut Garuda harus Mampu Tidak KKN
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM â Menteri BUMN, Dahlan Iskan mengisyaratkan calon pengganti Dirut PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar yang akan habis masa tugasnya, harus mampu tidak KKN dan memiliki integritas tinggi agar dapat membawa perusahaan ke arah yang lebih baik lagi.
"Harus memiliki integritas, tidak korupsi, ya tidak KKN (korupsi kolusi dan nepotisme). Dirut baru juga harus mengerti keuangan karena di dalam Garuda banyak masalah keuangannya," kata Dahlan, usai menggelar Rapat Pimpinan Kementerian BUMN di Gedung PT Perikanan Nusantara (Persero), Jakarta, Kamis (7/8).
Menurut Dahlan, figur yang akan ditempatkan menjadi orang nomor satu di perusahaan penerbangan "pelat merah" tersebut juga harus sosok yang komplit, dan bisa mengendalikan perusahaan besar.
Saat ini ujarnya, Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham Garuda sedang melakukan "fit and proper test" (uji kelayakan dan kepatutan) terhadap calon Dirut Garuda.
"Calon pengganti Emirsyah bisa dari luar dan bisa dari internal Garuda. Yang di-fit and proper test itu calon dari luar, sedangkan dari dalam tidak perlu lagi fit and proper test," ungkap Dahlan.
Terhitung Oktober 2014, masa tugas Emirsyah Satar di Garuda segera berakhir. Alasan penggantian Emirsyah karena yang bersangkutan sudah menjabat selama dua periode.
Menurut catatan, pria kelahiran Jakarta, 28 Juni 1959 ini menjabat Dirut Garuda sejak tahun 2005, setelah pada tahun 2003 juga pernah menduduki posisi Direktur Keuangan Garuda.
Meski begitu, Dahlan tidak bersedia menyebutkan calon pengganti Emirsyah, karena alasan masih dalam proses penjaringan.
Namun, saat ini santer beredar kabar dua nama yang disebut-sebut bakal menggantikan Emirsyah adalah mantan Direktur Pemasaran Garuda Elisa Lumbantoruan dan mantan Direktur Utama Telkom, Rinaldi Firmansyah.
Pada semester I 2014 Garuda membukukan rugi bersih 211,7 juta dolar AS atau setara dengan Rp 2,3 triliun, membengkak dibandingkan rugi bersih periode sama 2013 sebesar 10,7 juta dolar AS.
Sementara rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat 200,38 juta dolar AS, melonjak dibandingkan dengan sebelumnya 11,39 juta dolar AS.
Salah satu penyebab memburuknya kinerja Garuda adalah rugi selisih kurs yang melonjak tajam menjadi 12,86 juta dolar AS dibandingkan dengan 1,41 juta dolar AS pada semester I 2013.
Selain itu, beban usaha Perseroan melonjak menjadi 14,75 persen atau menjadi 1,9 miliar dolar AS dari sebelumnya 1,7 miliar dolar AS. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...