Dalai Lama: Manusia Harus Welas Asih, Meredam Keserakahan
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, menyerukan agar manusia menjadi lebih welas asih dan meredam sikap yang keserakahan.
Dia mengatakan hal itu pada forum American Enterprise Institute (AEI) di Washington, hari Kamis (20/2), yang merupakan ajang think tank perusahaan. Dalai Lama berbicara dalam panel tentang “moral free enterprise and human happiness.”
Ketika ditanyakan Presiden AEI, Arthur Brooks dan Dekan Columbia Business School, Glenn Hubbard, tentang apakah dia setuju bahwa sistem perdagangan bebas adalah yang paling bermoral dalam sistem ekonomi, Dalai Lama menjawab dengan pertanyaan: “Apa yang Anda maksud dengan kaya?”
Dia mengatakan bahwa ekonomi komando dari bekas Uni Soviet "gagal. "Dia kemudian mengkritik kapitalisme Amerika. "Pada saat yang sama, Amerika Serikat, negara kapitalis, yang paling kaya, tetapi ada kesenjangan kaya dan miskin."
Kedua sistem itu, kata dia, memiliki kekurangan. Dan dia menyarankan untuk lebih banyak mendiskusikan dam perhatian lebih banyak bagi kesejahteraan orang lain.
Namun tentang pertanyaan awal, pada akhirnya Dalai Lama mengatakan, "Saya sendiri tidak tahu," dan tertawa terbahak-bahak. Dia menambahkan, "Kecuali saya menghabiskan beberapa tahun mempelajari dunia ekonomi dunia dan menjadi mahasiswa Anda."
Dalam pidato pembukaannya Dalai Lama menyebutkan tentang tanggung jawab individu. Abad ini, jangan seperti yang terakhir, harus menjadi abad perdamaian. "Kita harus menciptakannya. Perdamaian ... hanya datang melalui tindakan kita, tidak melalui angan-angan," kata dia.
Dalai Lama mengatakan, "Buddha tidak bisa memberikan apa yang Anda inginkan. Anda harus melakukan usaha."
Brooks juga meminta Dalai Lama menjelaskan bagaimana negara bisa melakukan hal terbaik melindungi hak milik pribadi, dan bagaimana orang miskin bisa menikmati "berkat dari sistem bisnis yang bebas."
Dalai Lama menjawab secara umum, dan mengulangi seruannya bagi manusia untuk menjadi lebih welas asih dan untuk meredam "keserakahan."
Di masa lalu, Dalai Lama pernah menyebut dirinya seorang Marxis. Dia juga memuji China untuk kebebasan yang membuka pasar, padahal pemimpin negara itu mencoba membunuhnya pada tahun 1959 atas usahanya membebaskan Tibet dari cengkeraman China.
Umat Buddha Tibet yakin bahwa Dalai Lama adalah Lama ke-14 yang lahir di desa miskin Tenzin Gyatso. Dia telah berumur 78 tahun dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di pengasingan di India, di mana sampai tiga tahun yang lalu dia adalah kepala pemerintah Tibet di pengasingan. Sejak invasi komunis pada tahun 1950, China telah memerintah Tibet.
Haidt mencatat bahwa Dalai Lama sangat dikagumi oleh politik sayap kiri. Namun mengharapan dia pada acara AEI akan membantu untuk "keluar dari kebiasaan" dan menentang narasi sistem bisnis bebas yang disebut sebagai penyelamat kemanusiaan, mengangkat kaum miskin keluar dari kemiskinan dan mempromosikan kebebasan yang menjadi penindas pekerja dan kehancuran lingkungan.
Dalai Lama, kata Haidt, bisa membantu menulis sepertiga bagian dari nuansa kapitalime di mana semua bisa berbagi karunia. (religoinnews.com)
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...