Dalam 10 tahun Turki Usir 8.585 Teroris Asing
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 8.500 teroris asing telah dideportasi dari Turki sejak dimulainya perang saudara Suriah 10 tahun lalu, kata Kementerian Dalam Negeri Turki, hari Sabtu (30/10).
Tersangka teror dari 102 negara diusir, termasuk 44 dari Amerika Serikat dan 1.075 dari negara-negara Uni Eropa, menurut pernyataan kementerian itu. Dalam 10 bulan pertama tahun ini, 61 tersangka dari delapan negara Uni Eropa dideportasi.
Kementerian itu mengatakan total 8.585 pejuang "dideportasi sebagai hasil dari upaya Turki untuk menjaga keamanannya di dalam dan di luar perbatasan" sejak 2011. Orang-orang yang dideportasi telah meninggalkan negara asal mereka untuk bergabung dengan kelompok-kelompok seperti kelompok Negara Islam (ISIS) dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), serta kelompok itu yang afiliasinya di Suriah.
Turki telah melakukan tiga kali serangan militer di Suriah utara sejak 2016 dan mempertahankan kehadiran militer di Provinsi Idlib di barat laut, dan daerah lain di dalam perbatasan Suriah. Saat ini sedang melakukan operasi melawan PKK di Irak utara.
Kelompok Negara Islam (ISIS) melakukan sejumlah serangan teror besar di tanah Turki pada 2015 dan 2016 setelah Ankara bergabung dengan koalisi internasional untuk memerangi militan. Serangan bom dan senjata menyebabkan ratusan orang tewas.
Konflik dengan PKK telah menyebabkan puluhan ribu kematian sejak kelompok itu meluncurkan kampanye bersenjatanya di Turki tenggara pada tahun 1984. PKK dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan sebagian besar negara bagian Barat.
Namun sayap PKK Suriah berperan penting dalam mendukung upaya pimpinan AS untuk mengusir pejuang ISIS dari barat laut Suriah. Hubungan Washington dengan para pejuang Kurdi, yang dipertahankannya berbeda dari PKK, telah menambah ketegangan dengan Ankara, yang memandang mereka sebagai teroris. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...