Dalam Mendidik Anak, Pilih Mana, Hukuman atau Disiplin?
SATUHARAPAN.COM-Dalam mendidik anak-anak, nampaknya sebagai keluarga kita mesti memahami bahwa ada perbedaan antara “hukuman” dan “disiplin”. Kita sering kali menganggap bahwa hukuman sama dengan proses untuk mendisiplinkan anak-anak. Namun, sebagai orang tua kita perlu menyadari bahwa hukuman lebih sering memberikan konsekuensi yang tidak diinginkan. Sementara itu, disiplin lebih berarti “mengajar”.
Hukuman lebih bersifat negatif, disiplin bersifat positif. Hukuman berfokus pada perbuatan buruk di masa lalu, sementara disiplin berfokus pada perbuatan baik yang akan datang. Hukuman seringkali didorong oleh kemarahan. Disiplin dimotivasi oleh kasih. Hukuman berfokus pada keadilan untuk mengimbangi. Disiplin berfokus pada pengajaran, sebagai persiapan untuk masa depan.
Mari kita melihat pada apa yang dilakukan oleh Yesus kepada para murid-Nya. Yesus tidak memiliki anak, tetapi Dia mempunyai murid-murid. Kata “murid” terjemahan untuk disciple dari bahasa Inggris, yang memiliki akar kata yang sama dengan disiplin (discipline). Oleh sebab itu, tujuan dari membesarkan dan mendidik anak adalah untuk memuridkan anak-anak kita mengenai arti menjalani hidup.
Pendidikan ini datang dalam beberapa cara, yaitu dengan memberi contoh, memberi instruksi, berbicara atau berkomunikasi dengan mereka, melakukan dan bahkan mengoreksi. Nah, masalahnya banyak dari kita sebagai orang tua tidak menunjukkan pendekatan yang positif ketika harus mengoreksi anak-anak mereka.
Koreksi atas perilaku adalah salah satu cara anak-anak kita belajar. Orang tua ditantang untuk mempunyai paradigma tentang koreksi yang memuridkan. Ketika kita berhadapan dengan berbagai tingkah anak-anak kita seperti: merengek meminta sesuatu yang ia inginkan, mengganggu dan bertengkar dengan adiknya terus-menerus, tidak mau mengerjakan tugasnya, semuanya mempunyai satu kesamaan yaitu kebutuhan untuk menyesuaikan pola tingkah laku dan bagaimana mengubah hati. Dan orang tua biasanya menggunakan cara yang paling mudah menurut mereka adalah dengan memberikan hukuman atau kemarahan untuk mengatasi anak mereka untuk berubah. Kita selalu beranggapan mereka akan takut dan akhirnya mengubah perilakunya.
Sayangnya, pendekatan negatif dari hukuman itu tidak produktif, berakibat pada timbulnya hubungan yang buruk, dan seringkali menghalangi kemajuan. Hal yang sebenarnya dibutuhkan anak kita, bukan rasa takut, tetapi koreksi yang tegas dan tepat dengan fokus yang positif. Ini berarti kita mengupayakan bagaimana anak berfokus pada apa yang seharusnya ia lakukan untuk menggantikan perilaku negatifnya.
Anak-anak perlu tahu caranya meminta, bukan dengan merengek. Mereka juga tahu bahwa tidak semua keinginan mereka dapat terpenuhi dengan penjelasan. Memang lebih dibutuhkan lebih banyak usaha untuk mendisiplinkan dibanding dengan menghukum, tetapi jangan salah, upahnya sebanding. Anak-anak kita mengembangkan pola yang baik dan hubungan itu bisa menjadi semakin kuat. Relasi kita pun tidak terganggu.
Kata-kata Positif
Pertanyaannya bagaimana caranya sebagai orang tua bisa bersikap positif sementara mereka membuat gaduh dan kesal kita? Salah satu caranya adalah menyatakan peraturan dan permintaan itu dengan kata-kata positif.
Kita tidak mengatakan pada anak-anak yang sedang memancing emosi kita dengan kata-kata,”Jangan teriak-teriak!” Kita bisa memulai dengan berlutut dan mengarahkan kepala kita sejajar dengannya dan sambil memandang serta memeluknya kita berkata, ”Kalau di toko kita harus berbicara dengan suara pelan. Kamu boleh melihat buku dan mainan di toko ini, tetapi kali ini kita tidak akan membeli satu pun, karena kita perlu menyiapkan dana untuk hal lain yang diperlukan seperti membeli vitamin dan susu buat kamu.”
Beberapa orang tua mungkin bertanya apakah cara itu efektif? Bagaimana jika anak-anak tidak mau mendengarkan juga? Jawabannya adalah kita setuju bahwa kebanyakan anak-anak membutuhkan pendekatan dalam berbagai segi, bukan hanya kata-kata. Tetapi, sebagai orang tua, kita tetap perlu menggunakan kata-kata. Ini bagian dari sebuah upaya membangun komunikasi yang akan berdampak di masa depan.
Kita perlu menggunakan kata-kata yang positif dan membesarkan hati mereka, bukan kata-kata yang melukai mereka. Komunikasi yang dibangun baik akan menolong untuk berkomunikasi di masa depan dengan anak remaja kita. Gunakan setiap kata-kata kita secara terencana sebagai alat untuk mengubah hati dan mengembangkan karakter.
Hati-hati, kita seringkali menyampaikan kata-kata positif dengan cara yang negatif. Sebagai orang tua kita perlu memperhatikan kosa kata yang kita gunakan. Dalam disiplin, kita lebih banyak diajak untuk mencari cara-cara yang lebih positif. Daripada mengatakan,”Jangan bermain game sekarang.” Lebih baik mengatakan,”Ya kamu boleh bermain games setelah tugas-tugasmu selesai dan hanya satu jam saja supaya matamu tetap terawat dengan baik.”
Jika kita bisa melakukannya, kita akan menikmati sebuah perubahan yang tak disangka-sangka. Suasana rumah kita akan dipenuhi kata-kata positif. Hubungan di dalam keluarga semakin membaik.
Tentu saja dibutuhkan kerja keras. Ketika kita menyatakan dengan jelas atau mengucapkan kembali suatu petunjuk dengan kata-kata yang positif akan memberi anak-anak gambaran yang jelas tentang apa yang kita harapkan sekaligus menjaga interaksi kita dengan cara yang positif.
Ingatkan anak-anak kita dengan cara yang lembut untuk menunjukkan arah yang yang benar. Jika perlu untuk menegur, tegurlah dengan hikmat supaya tetap menghasilkan perbedaan pada anak-anak ke arah mau mendengarkan. Bagian Efesus 6:4 menjelaskan pada kita agar dalam mendidik anak-anak kita harus dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Jangan kita membangkitkan amarah dalam diri anak kita yang membuatnya meneladani cara kita dan menyebabkan trauma dalam dirinya.
Perubahan tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi sebuah proses tidak pernah mengkhianati hasilnya. Banyak hal dalam proses pendisiplinan adalah koreksi-koreksi pada hal-hal kecil yang tak akan terlupakan dan mempengaruhi pertumbuhan anak-anak kita dalam jangka panjang.
Kata disiplin dalam Perjanjian Lama diterjemahkan dalam bahasa Ibrani chanak. Kata ini berarti “mendidik” yang artinya membimbing ke arah tujuan tertentu. Setiap hari sebagai orang tua, kita mendidik anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang sehat dan bertanggung jawab. Bila orang tua bisa memahami beda hukuman dan disiplin, hal ini akan mengubah hubungan kita dengan anak-anak.
Proses disiplin bukan sebuah jalan berputar yang menyusahkan dalam kehidupan, tetapi mari kita melihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk mengembangkan karakter anak-anak lebih jauh. Perubahan kecil dalam paradigma kita dalam mendidik anak akan membuat perbedaan besar. Silahkan mencoba! Tuhan memberkati kita.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...