Dampak Jangka Panjang Bayi Lahir Prematur
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Dalam riset pada sembilan bayi prematur, lahir antara 22 dan 25 minggu kehamilan, para peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan bayi yang lahir pada jangka waktu lebih lama, bayi prematur memiliki risiko kesehatan yang secara signifikan terus meningkat dalam hal gangguan neurologis saat mereka berusia 4 sampai 8 tahun.
Sejak pertama kali dilakukan riset, para peneliti mencatatkan alasan begitu penting untuk mempertahankan bayi prematur agar berkembang di dalam rahim selama mungkin.
Ini bukan saja menjadi tanda bahwa bayi prematur berada pada risiko tinggi masalah kesehatan karena lahir sebelum perkembangan mereka selesai. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan, misalnya, bayi yang dilahirkan sebelum waktunya memiliki skor tes inteligensi lebih buruk dalam membaca dan matematika dibanding mereka yang lahir dalam kondisi normal.
Sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2011 menganalisis efek jangka panjang dari kelahiran prematur pada kemampuan kognitif seperti memori dan rentang perhatian pada awal masa dewasa. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang lahir prematur buruk pada tes fungsi eksekutif dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas intelektual tingkat tinggi. Saat dewasa, orang-orang ini juga mencetak poin rata-rata 8,4 lebih rendah pada penilaian IQ dibandingkan dengan orang yang lahir normal.
Kenyataan bahwa efek dari kelahiran prematur berujung pada masalah pada saat dewasa adalah karena selain mereka memiliki kekurangan dalam beberapa fungsi kognitif, mereka bahkan dilaporkan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi di awal masa dewasa.
Kemajuan pengetahuan dalam perawatan bayi prematur memang telah berkembang, tetapi untuk mengurangi risiko kesehatan masih terus dicari tahu. Pada 2012, tim peneliti dari University College London Institute untuk Kesehatan Perempuan melaporkan bahwa tingkat kematian dan masalah kesehatan pada bayi lahir sangat prematur tetap tidak berubah selama beberapa dekade ini.
“Kami berharap bisa melihat solusi dari masalah ini,” kata Neil Marlow, penulis penelitian sekaligus profesor ilmu neonatal di University College London Institute untuk Kesehatan Perempuan. “Kami ingin menentukan gambaran global mengenai kemampuan bertahan hidup bagi kelahiran bayi sangat prematur dan masalah kesehatan di kemudian hari. Sejak 1995, kami telah menyelesaikan banyak hal yang bisa mengubah kondisi ini. Tapi, ada juga hal-hal yang relatif tidak berubah. Telah ada peningkatan dalam kelangsungan hidup yang tanpa cacat, namun tingkat dan distribusi masalah kesehatan yang dialami bayi prematur tetap sama.”
Akan tetapi, apakah semua hasil penelitian yang selalu mengungkapkan dampak buruk terhadap kesehatan bayi prematur merupakan informasi yang berguna? Gempuran berita terus menerus tentang dampak buruk membuat tidak nyaman orangtua dari anak yang lahir sebelum waktunya.
Tapi, ada beberapa hal yang perlu diingat. Dr. Andrew Adesman, kepala pediatri perkembangan dan perilaku di Medical Center Anak Steven & Alexandra Cohen di New York, mengatakan orangtua harus ingat bahwa biasanya selalu ada perkembangan medis terbaru yang ditemukan pada saat hasil penelitian ini diterbitkan. Penelitian melihat partisipan yang lahir 20 tahun yang lalu, atau bahkan lima tahun yang lalu, belum tentu merasakan praktik klinis yang ada saat ini dengan berbagai fasilitas medisnya saat ini.
“Riset juga telah memberi tahu kita faktor-faktor risiko terbesar apa saja bagi bayi yang baru lahir tersebut, apakah itu penyakit paru-paru, pendarahan di otak, atau infeksi berat. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengobati faktor risiko,” kata dr. Adesman.
Memahami dampak potensial dan faktor risiko juga membantu para peneliti mengidentifikasi dan mencari tahu strategi pencegahannya, sehingga risiko yang paling umum dan berbahaya bisa ditangani. (healthland.time.com)
Editor : Bayu Probo
Kesamaan Persepsi Guru dan Orangtua dapat Cegah Kekerasan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Co-founder Sehat Jiwa Nur Ihsanti Amalia mengatakan, kesamaan persepsi an...