Darmin: Utang Swasta Melambat Karena Lebih Hati-hati
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan utang swasta tumbuh lebih melambat dibandingkan utang luar negeri Indonesia karena pihak swasta lebih berhati-hati dalam melihat pergerakan ekonomi dunia.
“Terutama swasta jelas lebih lambat utangnya sekarang. Karena apa, kursnya rada bergerak kemudian dia juga ingin mempelajari dulu. Ini dunia bagaimana sih tahun depan, tahun depannya lagi, seterusnya,” kata Darmin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, hari Kamis (19/1).
“Jadi pasti masing-masing lebih berhati-hati. Jadi enggak usah risau ini karena belum settle saja,” dia menambahkan.
Sementara itu menurut laporan Bank Indonesia di Jakarta, utang luar negeri Indonesia turun 7,2 miliar dolar AS menjadi 316,0 miliar dolar AS per November 2016 dibandingkan akhir Oktober 2016 yang sebesar 323,2 miliar dolar AS,
Penurunan utang dipicu perlambatan penarikan utang baik pemerintah dan swasta, maupun utang jangka panjang dan jangka pendek.
"Posisi utang luar negeri sektor publik sebesar 154,5 miliar dolar AS dan swasta 161,5 miliar dolar AS," tulis laporan BI dalam Statitistik Utang Luar Negeri Indonesia yang diumumkan hari Senin (16/1).
Utang pemerintah atau publik tumbuh melambat menjadi 12,1 persen (year-on-year/yoy) dari 17,0 persen (yoy) pada Oktober 2016. Sedangkan utang swasta turun lebih dalam menjadi 3,4 persen (yoy), dibandingkan Oktober 2016 yang sebesar 2,0 persen (yoy).
Jika merujuk jangka waktu pengambilan utang tersebut, utang luar negeri berjangka panjang pada November 2016 tumbuh melambat menjadi 3,1 persen (yoy) atau sebesar 274,1 miliar dolar AS. Utang Luar Negeri (ULN) jangka panjang terdiri dari utang sektor publik sebesar 153,7 miliar dolar AS dan swasta 120,4 miliar dolar AS.
Sementara itu, utang berjangka pendek juga tumbuh melambat menjadi 7,1 persen atau menjadi sebesar 42,0 miliar dolar AS, yang terdiri dari ULN swasta sebesar 41,2 miliar dolar AS dan publik 0,8 miliar dolar AS.
Menurut sektor ekonomi, ULN swasta pada akhir November 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,8 persen.
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada November 2016 masih cukup sehat, namun tetap mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta.
“Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi," tulis laporan BI.
Pemerhati Lingkungan Tolak Kekah Keluar Natuna
NATUNA, SATUHARAPAN.COM - Pemerhati Lingkungan di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) menolak h...