Daud vs Goliat: Redefinisi Kekuatan dan Kelemahan
Mereka yang hanya lulusan SMA jauh lebih berpeluang untuk menjadi pengusaha sukses, lantaran orisinalitas pikiran mereka masih terjaga.
SATUHARAPAN.COM – Hanya sedikit pertarungan yang melegenda sebagaimana pertarungan Daud dan Goliat. Pertarungan yang sarat makna simbolik ini terus dikenang hingga berabad-abad setelahnya. Goliat bertubuh raksasa, berpengalaman, dan prajurit profesional. Daud berperawakan kecil, sangat belia, dan seorang gembala. Senjata mereka pun makin melengkapi keganjilan pertempuran itu. Goliat bersenjatakan pedang, tombak, perisai, dan baju zirah perang yang menutupi seluruh tubuh kecuali dahi. Sedangkan Daud bermodalkan ketepel.
Sejauh ini, menurut saya, ulasan terbaik mengenai pertempuran keduanya, disajikan oleh Max Lucado dalam Facing The Giants dan Malcolm Gladwell dalam David and Goliath. Lucado membungkus kemenangan Daud dengan kata ”mukjizat”, sedang Gladwell lebih memilih melihat dari sisi kemanusiaan.
Menurut Galdwell, Kemenangan Daud merupakan keniscayaan. Bagaimana tidak? Daud lincah dan cepat, sedangkan Goliat demikian lamban, lantaran dibebani berat tubuh, baju, serta senjata. Daud prajurit pelontar (jarak jauh), Goliat prajurit infantri (jalan kaki). Senjata Goliat primitif, sedangkan senjata Daud jauh lebih modern—prototipe sebuah senapan. Beberapa analisis para ilmuwan menyimpulkan bahwa Goliat menderita rabun pada matanya.
Ternyata, kriteria kita mengenai kekuatan dan kelemahan sering terlalu naif. Apa yang terlanjur kita remehkan sebagai kelemahan, terbukti merupakan kekuatan. Demikian juga sebaliknya. Apa yang kita banggakan sebagai kekuatan, ternyata menyimpan potensi kelemahan.
Sekadar contoh: seseorang yang hanya lulusan SMA, atau putus kuliah bisa jadi kita kategorikan sebagai kurang berpendidikan. Namun, Bob Sadino, Bill Gates, Mark Zuckerberg, Susi Pudjiastuti, dan hampir seluruh pengusaha berpendapat, mereka yang hanya lulusan SMA jauh lebih berpeluang untuk menjadi pengusaha sukses, lantaran orisinalitas pikiran mereka masih terjaga.
Tidak berlebihan jika kita simpulkan, yang terpenting adalah strategi dalam menggunakan seluruh persenjataan yang diberikan Sang Pencipta. Pelabelan terlalu dini tentang kekuatan hanya membuat kita lengah, dan pelabelan tentang kelemahan hanya akan membuat kita kalah sebelum berperang.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...