”Tetapi aku dan seisi rumahku….”
Kehambaan seseorang dibuktikan dengan kenyataan kepada siapa dia tunduk.
SATUHARAPAN.COM – ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan,” tegas Yosua di hadapan umat Israel. Dengan pernyataan ini, Yosua menegaskan bahwa dia beserta keluarganya memahami diri sebagai hamba Tuhan. Dan sebagai hamba Tuhan, tak ada jalan lain bagi mereka kecuali beribadah kepada Tuhan.
Kehambaan seseorang dibuktikan dengan kenyataan kepada siapa dia tunduk. Berkenaan dengan tunduk di sini, pastilah tidak tunduk secara oral, tetapi juga dalam tindakan. Kehambaan seseorang tidak ditentukan oleh apa yang dikatakannya, tetapi apa yang dilakukannya. Nah, di Sikhem Yosua mengajak Israel untuk tetap bersikap dan bertindak sebagai hamba dalam keadaan apa pun—siap sedia melayani.
Pada kenyataannya, banyak orang yang tidak sungguh-sungguh serius menjalani predikat sebagai hamba Tuhan. Kristus mengumpamakan orang-orang macam begini seperti gadis-gadis bodoh, yang membawa pelita namun tidak membawa minyak cadangan (Mat. 25:1-12).
Mereka bukan sekelompok gadis jahat. Mereka adalah orang-orang tulus yang senang mendapatkan tugas sebagai penyambut mempelai. Tetapi, yaitu tadi, di mata Yesus mereka bodoh karena tidak membawa minyak cadangan. Mereka disebut bodoh karena tidak siap merespons perubahan.
Mempelai itu terlambat. Mereka tidak mampu merespons kemungkinan itu. Mereka pikir semua akan baik-baik saja. Ketika mempelai datang, habislah minyak dalam pelita mereka. Artinya, mereka tidak dapat lagi menjalani tugas itu. Ya, apa artinya penyambut mempelai tanpa pelita yang menyala. Mereka tidak dapat lagi menjalani tugas mereka dengan baik. Akibatnya, mereka ditolak Sang Mempelai.
Kisah gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh itu memperlihatkan betapa pentingnya menanggapi perubahan. Pada kenyataannya, tidak ada yang pasti di dunia ini. Namun, dalam ketidakpastian itu, panggilan kita tetap: menjadi hamba Tuhan.
Dalam keadaan apa pun kita dituntut bersikap dan bertindak sebagai hamba Tuhan. Itulah makna dari tindakan berjaga-jaga! Yakni selalu siap bersikap dan bertindak sebagai hamba!
Bicara soal strategi, pembaruan perjanjian dalam kitab Yosua merupakan bagian dari upaya untuk senantiasa berjaga-jaga. Umat Tuhan tidak boleh terlena. Mereka harus senantiasa mengingat jatidiri mereka. Siapakah kita? Jawaban dari pertanyaan ini akan membuat kita hidup berdasarkan jawaban tersebut.
Yosua menantang Israel. Namun, tantangan itu tak hanya kepada Israel. Yosua telah lebih dahulu menantang dirinya. Dan jawabnya: ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...