David Cameron Pimpin Rapat Kabinet untuk Terakhir Kali
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Inggris, David Cameron, memimpin sidang kabinet pemerintahannya untuk terakhir kali, yang diisi oleh puja-puji akan kepemimpinan pria yang mulai besok akan melepas jabatannya.
Dalam tempo yang sangat singkat dan tidak terduga, Partai Konservatif ternyata mendapatkan pengganti Cameron, yaitu Theresa May. Cameron akan menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Ratu Elizabeth II pada hari Rabu (13/7).
Theresa May, menteri dalam negeri sejak tahun 2010, awalnya diharapkan akan bertarung memperebutkan kepemimpinan Partai Konservatif selama sembilan minggu. Sebelumnya, David Cameron juga mengatakan bahwa pengunduran dirinya baru efektif bulan September, ketika proses kampanye dan pemilihan penggantinya berakhir di bulan itu.
Namun dalam proses yang tidak terduga, pesaing Theresa May, Andrea Leadsom mengundurkan diri pada hari Senin yang lalu.
Theresa May, yang bertekad akan menyukseskan Brexit, akan membentuk kabinetnya ketika dia sudah resmi menjabat.
Dia mengatakan sangat terhormat menjadi ketua Partai Konservatif dan jadi perdana menteri.
Sementara itu berbicara seusai sidang kabinet pada hari Selasa pagi waktu setempat, Menteri Kesehatan, Jeremy Hunt, mengatakan ada beberapa sanjungan indah kepada Cameron yang disampaikan oleh Theresa May dan Kanselir George Osborne.
"Ada kebanggaan besar di pada seluruh anggota kabinet atas apa yang David Cameron telah capai selama enam tahun terakhir, kesedihan itu telah berakhir, dengan cara, mungkin jauh lebih cepat daripada yang dipikirkan orang," kata Hunt sebagaimana diberitakan oleh bbc.com.
"Tapi juga terima kasih besar kepadanya untuk apa yang diraihnya untuk negara dan cara dia mengubah Partai Konservatif," kata dia lagi.
Menteri Kebudayaan, John Whittingdale, menggambarkan rapat itu sebagai sebuah pertemuan yang "cukup emosional." Ia mengatakan ada "kesedihan" tentang mundurnya perdana menteri, sementara juru kampanye Brexit, Chris Grayling, berbicara dengan "sentimen yang sangat hangat".
Theresa May sebelumnya mengharapkan pertarungan akan memakan waktu sembilan pekan, yang akan memberinya waktu berpikir untuk membentuk tim kabinet.
Namun yang terjadi sangat berlainan. Ia hanya memiliki waktu 48 jam sebelum melangkah ke Downing Street (kantor perdana menteri) dan membentuk pemerintahan.
Sebagai seseorang yang ingin Inggris tetap tinggal di Uni Eropa, Theresa May akan menghadapi tekanan untuk memberikan peran di kabinet kepada tokoh pendukung Brexit.
Theresa May telah berjanji akan melakukan reformasi ekonomi dan sosial secara radikal, yang memicu spekulasi akan digesernya para tokoh senior saat ini.
Sejauh ini, anggota parlemen dari Partai Konservatif mendukung perdana menteri yang baru tetapi partai-partai politik pesaingnya mempertanyakan mandatnya setelah proses pemilihan yang berlangsung singkat.
Sumber yang dekat dengan Theresa May mengatakan dia sudah sangat jelas mengatakan tidak akan ada pemilihan umum.
Editor : Eben E. Siadari
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...