Debat Ketiga: Belum Mendalam dan Saling Serang Antara Anies dan Prabowo
SATUHARAPAN.COM-Para kandidat presiden yang bersaing pada pemilihan umum (Pemilu) 2024 kurang mendalam dalam membahas isu-isu aktual dalam masalah pertahanan dan keamanan, dan terkesan hanya melontarkan pernyataan-pernyataan umum yang miskin solusi konkret atas isu terkait.
Bahkan perdebatan ketiga (kedua untuk calon presiden) ini, situasinya didominasi oleh persaingan dengan kritikan pribadi antara calon Prabowo Subianto dan Anies Baswedan yang kurang substansial, mengingat waktu terbatas. Ini terutama ketika dilontarkan tentang masalah etika kepemimpinan, soal gap kata-kata dan tindakan, soal data yang tidak akurat, tetapi tidak pernah dimunculkan data-data yang dimaksud.
Ini bahkan menguat ketika di akhir debat, Prabowo dan Anies tidak saling berjabat tangan. Ditambah lagi, beberapa kali Prabowo mengungkapkan bahwa dia lebih banyak sejalan dan setuju dengan sejumlah gagasan yang dilontarkan oleh Calon Ganjar Pranowo.
Perdebatan ketiga ini mengambil tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri itu. Di antara ketiga calon, Prabowo adalah yang berlatar belakang militer dan sekarang masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Sayangnya, justru yang terlihat Prabowo menghadapi serangan dari kedua kandidat lain, dan bahkan asal serang dari Anies.
Prabowo kurang tajam menyampaikan pengetahuan dan pengalaman sebagai militer dan Menhan, dan berdalih bahwa pertahanan dan keamanan itu hal yang sakral dan rahasia. Tampaknya debat kali ini justru menunjukkan bahwa ada masalah selama ini antara Prabowo dan Anies, padahal Anies diusung Prabowo dan Gerindra, partainya, ketika maju dalam pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017.
Isu-isu aktual tentang geopolitik, hubungan internasional, diplomasi dan pertahanan yang memiliki potensi membawa dampak besar pada Indonesia kurang digali oleh para kandidat. Hanya Ganjar Pranowo yang menawarkan untuk mengatasi konflik Laut China Selatan Indonesia perlu mendorong kesepakatan sementara, menekankan posisi Indonesia, dan mengoptimalkan peran aparat untuk berpatroli.
Padahal ada isu-siu serius di kawasan yang perlu disikapi dengan sikap yang bijak oleh pemerintah Indonesia, termasuk konflik China-Taiwan, Myanmar, persaingan dagang China dengan Amerika Serikat dan Sekutunya, Korea Utara yang terus mengancam dengan pengembangan senjata nuklir.
Bahkan untuk menghadapi perkembangan teknologi digital, di mana batas-batas negara menjadi mudah ditembus, belum muncul gagasan yang konkret. Padahal perang yang terjadi di Ukraina akibat invasi Rusia, dan perang antara Israel dan Hamas, memperlihatkan kekuatan militer bergantung pada penguasaan dan hasil teknologi digital ini.
Masih ada dua lagi debat yang akan digelar, satu untuk calon wakil presiden dan satu lagi keduanya (Capres dan Cawapres) akan tampil bersama, namun jika isi perdebatan masih seperti tiga yang berlangsung, rakyat tidak cukup mendapat gambaran apa yang akan dilakukan oleh presiden dan wakilnya ketika memerintah nanti.
Dan satu catatan terkait pihak-pihak yang hadir in site dalam arena perdebatan, lebih banyak tampil sebagai supporter para kandidat, dan para kandidat juga terlihat menikmati dukungan mereka, meskipun suaranya agak mengganggu dan membuang waktu. Padahal debat ini seharusnya peluang para kandidat untuk meyakinkan mereka yang masih ragu untuk menjatuhkan pilihan.
Editor : Sabar Subekti
Ditemukan Kuburan Massal di Suriah, Ungkap Mesin Kematian Re...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Seorang jaksa penuntut kejahatan perang internasional mengatakan pada hari...