Debat Pertama Capres Belum Menampilkan Posisi Tegas Pada Isu Serius
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Debat pertama para Calon Presiden (Capres) Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, masih menawarkan gagasan yang umum, dan ada kesan kurang berani mengambil posisi yang tegas pada detil isu-isu serius bangsa ini.
Debat pertama untuk ketiga calon presiden yang di gelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), hari Selasa (12/12) disiarkan di televisi dan siaran langsung di media sosial. Topik yang adalah Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik dan Kerukunan Warga.
Ketiga kandidat, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo membeberkan visi misinya masih secara umum. Mereka bicara kesamaan di depan hukum, pemerintah yang mendengarkan rakyat, pelanggaran HAM (hak asasi manusia) yang tidak boleh lagi terjadi, berantas korupsi dan pejabat yang jadi teladan hidup tanpa korupsi, kebebasan bicara, demokrasi dan tekanan pada oposisi, persatuan, dan perlindungan pada kelompok minoritas, termasuk dalam kebebasan beragama.
Yang tampil dari para kandidat masih lebih pada membangun pesona dengan retorika, ketimbang ketajaman gagasan sebagai pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia. Seperti cara Prabowo menyapa Anies Baswedan, atau Anies bicara tentang ibu kota negara dipindah, dan berbagai masalah Jakarta dengan mengatakan: ‘masalah harus dihadapi bukan ditinggalkan.’
Karakter mulai terlihat ketika ketiga Capres saling melontarkan pertanyaan, dan muncul serangan serta sikapnya mulai sedikit terungkap. Misalnya ketika Ganjar melontarkan pertanyaan pada Prabowo soal pelanggaran HAM dan kasus orang hilang. Prabowo merespon dengan menyebutkan pertanyaan itu sebagai ‘tendensius.’
Memang masalah itu diakui selalu ditanyakan setiap kali Pemilu, tetapi dia menunjuk beberapa orang korban penculikan sekarang mendukung dia. Dan respons balik Ganjar menekankan kembali bahwa pertanyaannya bnelum dijawab: pada bagaimana membantu orang untuk menemukan keluarga mereka yang hilang.
Prabowo juga beberapa kali melontarkan penyataan seperti “Sudahlah kita semua sama-sama tahu… Anda juga tahu… Kita bukan anak kecil.” Ini pernyataan yang ambigu ketika ditanya tentang keputusan Mahkamah Konstitusi yang prosesnya dinilai tidak etis, meskipun keputusan itu tidak bisa dibatalkan. Publik tahu itu tentang syarat pencalonan Capres dan Cawapres. Tapi kemudian Prabowo berani menanang dengan mengatakan, “Rakyat yang akan memutuskan pada 14 Februari.”
Ganjar tampaknya agak lebih santai, justru karena debat kali ini menghangat di antara dua pesaingnya, pada Prabowo dan Anies. Bahkan, terhadap Ganjar, Anies melontarkan masalah kerusuhan sepak bola di Kanjuruhan Malang, dan kasus jalan tol KM 50 yang melibatkan FPI, lembaga yang sudah dibubarkan pemerintah, dan merupakan pendukungnya ketika pemilihan Gubernur tahun 2017. Kesannya pertanyaan itu bukan untuk membongkar gagasan Ganjar, tetapi membuat posisi ulang bagi pendukung tertentu.
Di bagian penutupan, Anies lebih banyak menekankan pada pemimpin sebagai teladan. Prabowo menekankan persatuan, dan menyebut ‘jangan dikorbankan demi kepentingan sesaat’, sementara Ganjar bicara tentang dia dan Mahfud MD yang berangkat dari kalangan rakyat biasa, berjanji untuk lebih memberi afirmasi kelompok rentan, dan pembelaan pada korban.
Editor : Sabar Subekti
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...