Defisit Anggaran RAPBN-P 2014 Ditetapkan 2,5 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah menetapkan defisit anggaran dalam RAPBN-Perubahan 2014 sebesar 2,5 persen terhadap PDB atau Rp 251,7 triliun, lebih tinggi dari target defisit dalam APBN yang ditetapkan 1,69 persen terhadap PDB atau Rp 175,4 triliun.
"Ini karena pajak menurun karena pertumbuhan ekonomi lebih lambat, namun belanja subsidi mengalami peningkatan," kata Menteri Keuangan Chatib Basri di Jakarta, Selasa (20/5).
Chatib mengatakan sebagai upaya menjaga defisit anggaran 2,5 persen terhadap PDB tersebut, pemerintah akan melakukan konsolidasi fiskal, berupa optimalisasi pendapatan negara, pengendalian belanja serta peningkatan kapasitas pembiayaan anggaran.
"Defisit ini sebetulnya pengorbanan untuk menjamin pemerintahan baru yang nanti masuk tidak ketemu dengan persoalan. Jadi langkah ini dilakukan untuk menjamin masa transisi dilakukan dengan benar," ujarnya.
Dalam draf RAPBN-Perubahan 2014, pendapatan negara ditetapkan Rp 1.597,7 triliun atau turun Rp 69,4 triliun dibandingkan angka APBN sebesar Rp 1.667,1 triliun. Namun belanja negara sedikit mengalami kenaikan, yaitu Rp 1.849,4 triliun atau naik Rp 6,9 triliun dari angka APBN Rp 1.842,5 triliun.
Dengan situasi tersebut, penerimaan perpajakan dalam RAPBN-Perubahan dipastikan mengalami penurunan yaitu hanya ditetapkan Rp 1.232,1 triliun atau turun Rp 48,3 triliun dari angka pada APBN 2014 sebesar Rp 1,280,4 triliun.
Belanja subsidi BBM dipastikan mengalami kenaikan Rp 74,3 triliun atau meningkat menjadi Rp 285 triliun dari angka pada APBN sebesar Rp 210,7 triliun. Demikian juga subsidi listrik yang ditetapkan Rp 107,1 triliun atau naik Rp 35,7 triliun dari angka APBN Rp 71,4 triliun.
Asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBN-Perubahan 2014 antara lain pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, inflasi 5,3 persen, nilai tukar rupiah Rp 11.700 per dolar AS, tingkat bunga SPN 3 bulan 6,0 persen.
Kemudian, asumsi lainnya harga minyak mentah Indonesia 105 dolar AS per barel, lifting minyak bumi 818 ribu barel per hari dan lifting gas 1.224 ribu barel setara minyak per hari.
Hampir seluruh asumsi makro mengalami perubahan dibandingkan asumsi dalam APBN, contohnya lifting minyak yang hanya ditetapkan 818 ribu barel per hari, dari sebelumnya 870 ribu barel per hari.
Hal tersebut karena lifting minyak bumi di triwulan I 2014 diperkirakan hanya mencapai 797 ribu barel per hari, akibat cuaca buruk, gangguan operasi serta penurunan alamiah produksi sumur-sumur tua. (Ant)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...