Delegasi RI Marah Besar Isu Papua Dibicarakan di PIF
APIA, SAMOA, SATUHARAPAN.COM - Delegasi Indonesia bersikeras agar isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua tidak dibicarakan di KTT ke-48 Pacific Islands Forum (PIF) yang berlangsung di Apia, Samoa, sejak 4 September lalu.
Franz Albert Joku, tokoh Papua yang menjadi salah seorang anggota delegasi Indonesia, diberitakan bersuara lantang dan mengungkapkan kekesalannya dalam konferensi pers yang berlangsung pada Kamis (07/09), sampai-sampai pihak kepolisian mendekati arena untuk berjaga-jaga.
Dikutip dari Samoa Observer, Joku, salah seorang tokoh Melanesia Indonesia (Melindo) dan mantan tokoh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tergabung dalam delegasi pemerintah RI pada KTT, mengecam unjuk rasa yang dilakukan sejumlah warga Samoa di luar arena KTT pada hari Rabu lalu, yang menyoroti penderitaan rakyat Papua.
Joku didampingi oleh Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga, Tantowi Yahya, dalam konferensi pers itu.
Tantowi Yahya mengatakan bahwa demonstrasi tersebut sangat memprihatinkan mereka.
"Komunitas Pasifik harus berpegang pada agenda utama konferensi, yaitu Blue Pacific. Anda tahu semuanya (agenda) terhubung dengan itu, "kata dia.
Tantowi Yahya mengatakan bahwa kekhawatiran mereka adalah bahwa unjuk rasa tersebut dapat membayangi agenda utama konferensi tersebut.
"Dalam perspektif kami, berbicara tentang Papua dalam konferensi ini bukanlah tempatnya karena sejak awal tidak ada agenda seperti itu."
Menurut Samoa Observer, saat jumpa pers suara Tantowi Yahya dan Joku meninggi, menyebabkan polisi di sekitarnya mendekati daerah tersebut.
"Tidak! Kami hanya berpegang pada agenda utama ... tapi bukan (mengenai) rakyat Papua, "kata Tantowi.
Sebagai catatan, isu Papua telah masuk jadi agenda PIF sejak tahun 2015. PIF bahkan pernah membuat keputusan untuk mengirimkan tim pencari fakta ke Papua terkait dengan pelanggaran HAM. Dalam KTT kali ini, isu Papua kemungkinan juga tidak akan luput dibahas.
Namun, Joku mengeritik 'campur tangan' negara-negara Pasifik dalam soal Papua karena menurutnya, negara-negara itu tak memberi bantuan saat dibutuhkan.
"Sangat disesalkan bahwa orang-orang di Kepulauan Pasifik tiba-tiba ingin membahas masalah Papua, sekarang," kata dia.
"Isu Papua telah berada di garis terdepan sejak akhir 50an dan awal 60an. Kami telah mengalami yang terburuk; Di mana sih negara-negara Kepulauan Pasifik saat kami benar-benar membutuhkan ekspresi seperti itu dan kekhawatiran semacam itu datang dari mereka? Sekarang mereka mempertanyakan referendum kemerdekaan dan kolonisasi Papua yang telah terdegradasi menjadi sejarah. Banyak perubahan konstitusional telah terjadi sejak itu. Dan kami tidak pada bagian yang sama seperti sebelumnya ... jadi kami tidak berada di jalur itu. Kami sedang melakukan pemberdayaan konstitusional dan emansipasi, kami ingin mengembangkan tanah kami, kami tidak akan didikte oleh forum atau negara lain karena ketika kami membutuhkan Anda, di mana Anda?," kata Joku.
Joku bersikeras forum ini bukan tempat untuk masalah ini.
"Papua sangat dekat dengan hati kami dan kami tidak akan didiktekan oleh siapapun. Kami orang Papua, di Papua, akan memutuskan apa yang ingin kami lakukan. Kami berada di bawah mekanisme konstitusional dan perubahan konstitusional, kami ingin memberdayakan diri secara konstitusional, politis, ekonomi dan sosial. Ketika kami membutuhkan Pasifik, saat kami membutuhkan Australia dan saat kami membutuhkan Selandia Baru, Anda tidak membantu kami," kata Joku.
"Jadi, kami telah menyusun pengaturan kami sendiri dan itulah yang kami kejar."
Joku menambahkan, "Kami belum pernah melihat bangsa Samoa dan Fiji. Dan jangan berpura-pura ingin membantu kami. Kami tahu apa yang kami inginkan. Anda hanya mengetahui Papua dengan apa yang Anda baca di internet, kami mengundang Anda untuk datang ke Indonesia."
"Kami tidak mengatakan Papua itu sempurna, tapi biarkan kami hadapi masalah kami sendiri, jangan memancing kami, saya telah menghabiskan 14 tahun di PNG sebagai pengungsi bersama keluarga saya, kami tahu persis subjek yang kami angkat, dan sampai hari ini , kami pergi tanpa bantuan dari kalian. "
Indonesia hadir dalam KTT ini sebagai mitra dialog PIF.
Editor : Eben E. Siadari
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...